Kamis 26 Jan 2017 17:36 WIB

Harga Cabai Kecil di Denpasar Rp 150 Ribu per Kg

Rep: Ahmad Baraas/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pedagang memilah cabai di Pasar Senen, Jakarta, Rabu (4/1) malam. Harga cabai di sejumah pasar tradisional di Jakarta mengalami kenaikan. Terutama harga cabai rawit merah melonjak hingga Rp 130.000/Kilogramnya,hal ini disebabkan karena tingginya curah huja
Foto: Republika/Prayogi
Pedagang memilah cabai di Pasar Senen, Jakarta, Rabu (4/1) malam. Harga cabai di sejumah pasar tradisional di Jakarta mengalami kenaikan. Terutama harga cabai rawit merah melonjak hingga Rp 130.000/Kilogramnya,hal ini disebabkan karena tingginya curah huja

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Harga cabai kecil di Denpasar, Bali, sebulan terakhir terus naik. Kini di tingkat pengecer harganya mencapai Rp 150 ribu per kilogram padahal pekan lalu hanya Rp 120 ribu dan hanya Rp 100 ribu pada pertengahan Desember tahun lalu.

"Bagaimana lagi, kami juga belinya sudah mahal, ya menjualnya juga harus dinaikkan. Kami kan perlu untung juga," kata Komariah, pedagang sayuran di Denpasar Barat.

Kepada Republika.co.id, Kamis (26/1), Komariah mengatakan, bahwa kenaikan harga cabai tidak bisa dia elakkan. Namun demikian aku pedagang meracang itu, masyarakat tetap juga membeli cabai, karena cabai sebagai bahan pokok.

Senada dengan Komariah, pedagang sayur keliling asal Nganjuk, Mulyono mengatakan, sejak meroketnya harga cabai, konsumen mulai menakar pengeluarannya untuk membeli cabai.

Sebelumnya sebut Mulyono, saat harga cabai masih Rp 40 ribu sekilo, konsumen masih membeli cabai sekali beli sebanyak 2,5 ons. "Tapi sekarang mereka hanya mau membeli cabai Rp 5 ribu saja. Padahal dapat cabainya hanya 12 biji, mungkin mereka mulai mengurangi konsumsi cabai," katanya.

Pedagang bubur ayam yang mangkal di jalan Gunung Batukaru Denpasar, Wagiyo mengaku sulit mendapatkan untung sejak harga-harga bahan pokok seperti cabai mulai meroket. Dia mengaku, dagangannya selalu habis setiap hari, tapi dia merasa heran karena dia nyaris tidak mengantungi keuntungan.

"Biasanya dari hasil berjualan, setiap bulannya saya bisa menabung. Tapi sekarang keuntungannya sudah habis untuk biaya sehari-hari dan biaya sekolah anak. Saya tidak mungkin menaikkan harga dagangan, mengingat daya beli masyarakat," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement