REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Agama mengajak (Kemenag) Perguruan Tinggi Islam (PTI) baik negeri (PTIN) maupun swasta (PTIS) untuk bekerja sama di sektor keuangan dengan bank syariah. Kerja sama ini untuk mengembangkan bank syariah sekaligus bisa memanfaatkan dana umat untuk kepentingan yang lebih luas.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengakui perguruan tinggi merupakan lembaga otonom. Hal ini berarti perguruan tinggi yang menentukan operasional termasuk pengelolaan keuangan. Akan tetapi, jumlah perguruan tinggi di bawah Kemenag yang mencapai 56 PTIN baik sekolah tinggi, institute, maupun universitas bisa memanfaatkan bank syariah.
"Kemenag mengimbau dan mengajak seluruh perguruan tinggi yang berada di bawah Kemenag, tidak kurang dari 56 perguruan tinggi negeri, itu betul bisa galang kerja sama dengan bank syariah sehingga nilai kemanfaatan dari dana yang mereka miliki bisa dimanfaatkan lebih luas lagi," ujarnya di Yogyakarta, Rabu (25/1) seusai membuka acara Indonesia Islamic University Conference.
Kerja sama tersebut dinilainya memiliki manfaat untuk masing-masing pihak. Bank syariah bisa mengelola dana perguruan tinggi termasuk menyalurkan pembiayaan. Sementara, perguruan tinggi juga bisa mendapat manfaat dari penempatan dananya di bank syariah. Menurutnya, pembayaran biaya mahasiswa atau SPP, pembayaran gaji karyawan, tunjangan kerja, hingga pembiayaan infrastruktur di perguruan tinggi bisa memanfaatkan bank syariah.
Selain itu, kerja sama bisa dilakukan PTI dengan bank syariah untuk memenuhi sumber daya manusia yang berkualitas. Bank syariah bisa memberi jaminan untuk menerima alumni PTI yang berkualitas sebagai pegawai.
Untuk memenuhi kebutuhan bank syariah, kata Lukman, perguruan tinggi membutuhkan kurikulum ekonomi syariah agar alumninya berkualitas dan diakui di pasar kerja. Menurutnya, Kemenag telah menerbitkan sekitar 101 izin program studi ekonomi syariah, muamalat, dan bank syariah.
Ditemui di lokasi yang sama, Direktur Utama Bank Syariah Mandiri Agus Sudiarto mengatakan ajakan agar pembayaran PTIN dan PTIS lewat bank syariah bisa mendukung pertumbuhan. Hal ini karena tantangan bank syariah di Indonesia saat ini masih besar yakni pangsa pasar masih lima persen. Padahal, Indonesia memiliki populasi muslim terbesar di dunia.
Menurutnya, saat ini aset BSM hampir mencapai Rp 80 triliun. Namun di ASEAN, BSM masih menduduki posisi 11 di bawah bank syariah asal Malaysia yang menduduki peringkat 1-10.
"Ini tantangan bagi kami, umat Islam Indonesia terbesar di dunia, tapi market share (bank syariah) baru lima persen dari seluruh bank di Indonesia," ujarnya.
Rektor UIN Sunankalijaga Yogyakarta Yudian Wahyudi mengungkapkan kerja sama dengan bank syariah, terutama BSM bisa mendukung target perguruan tingginya menuju pentas dunia atau world class university. Menurutnya, kualitas akademik akan diperkuat agar alumni memiliki kompetensi yang diakui di dalam negeri dan luar negeri.
"Kami juga kerja sama dengan BSM agar BSM bisa beri prioritas lulusan dipekerjakan di BSM," ujarnya. Selain itu, kerja sama tersebut dinilainya bisa memperkuat ekonomi Indonesia lewat dana PT yang dikelola BSM.
Dia mengakui pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia turut menarik minat mahasiswa. Jurusan terkait ekonomi syariah menjadi favorit untuk dipilih calon mahasiswa. Saat ini, mahasiswa UIN Sunankalijaga mencapai sekitar 22 ribu orang. "Keberhasilan bank syariah juga menarik minat yang sangat tinggi. Ini sangat menjanjikan," ujarnya.