REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan industri keuangan syariah di negara-negara Sub-Sahara Afrika semakin tumbuh dengan pesat. Hal ini didorong oleh kebutuhan Afrika untuk mencari inovasi baru dalam pembiayaan pembangunan infrastruktur.
Untuk meningkatkan penetrasi industri keuangan syariah, maka negara-negara Afrika akan menggelar Sub-Saharan Africa Islamic Finance Convention di Uganda pada 6 April 2017. Ajang tahunan ini sudah memasuki tahun kedua, dan bertujuan untuk membangun platform dan memperkuat industri keuangan syariah di negara-negara Sub-Sahara Afrika.
Dilansir East African Business Week, Senin (23/1), beberapa negara Afrika telah berupaya besar untuk mengembangkan industri keuangan syariah dengan menyusun sejumlah kerangka peraturan, termasuk mempromosikan peneritan sukuk. Tak hanya itu, mereka juga membuat kerangka kerja tata kelola keuangan syariah dan melakukan amandenen undang-undang pajak untuk memfasilitasi kegiatan keuangan syariah.
Lihat juga: Industri Perbankan Syariah Indonesia Masih Timpang
Ekspansi perbankan syariah di wilayah Afrika memberikan peluang pertumbuhan baru dan mendorong perdagangan serta pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Pada Konvensi Keuangan Syariah yang pertama pada 2016 lalu, telah berhasil mempertemukan 200 pelaku industri, 70 organisasi internasional, dan lebih dari 25 pembicara internasional yang fokus pada pembahasan mengenai Momentum Baru di Afrika.
Pada tahun ini, konvensi tersebut akan dihadiri oleh beberapa delegasi tingkat tinggi dari Kementerian Keuangan Uganda, Bank of Uganda, sektor swasta, kamar dagang dan industri syariah, serta lembaga keuangan syariah dari seluruh Afrika maupun internasional.