Ahad 22 Jan 2017 14:18 WIB

Kementan Bentuk Tim Tangani Antraks

Rep: EH Ismail/ Red: Angga Indrawan
kuman Bacillus anthracis. (ilustrasi)
Foto: Reuters/Files
kuman Bacillus anthracis. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -– Menteri Pertanian Andi Amram Sulaiman memastikan pemerintah menangani secara serius kasus dugaan penyakit antraks yang menimpa warga Yogyakarta. Menurut Mentan, kementerian yang dipimpinnya sudah membentuk tim bersama Kementerian Kesehatan guna mencari kepastian kasus penyakit menular pada ternak yang disebabkan oleh kuman Bacillus anthracis tersebut.

“Sekarang ini sudah terkendali, semuanya sudah terkendali. Diisolasi di sana (Yogyakarta, Red) dan kami sudah bentuk tim dengan Kementerian Kesehatan,” kata Mentan kepada Republika.co.id, Sabtu (21/1).

Mentan melanjutkan, begitu mendapatkan informasi ada dugaan kasus antraks, tim dari Kementan langsung mencari data-data dan informasi yang diperlukan untuk mendapatkan kebenarannya. “Jadi sebelum diketahui (publik), kami sudah isolasi di sana dan sudah aman. Jangan dibesar-besarkan, cuma satu yang diduga kena dan sudah ditangani dengan baik,” ujarnya.

Direktur Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementan Fadjar Sumping Tjatur Rasa menjelaskan, tim Kementan sudah bergerak cepat untuk merespons dugaan kasus antraks di Kabupaten Kulonprogo. Tim bentukan Ditjen PKH langsung mengunjungi Dusun Penggung, Dusun Ngroto, Dusun Ngaglik, dan Dusun Wonosari, Desa Purwosari Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo pada 10 Januari 2017. Tim melakukan investigasi dan pengambilan sampel guna uji laboratorium sekaligus memberikan bantuan vaksin dan obat-obatan. 

“Bantuan berupa 17.500 dosis vaksin antraks, 48 botol antibiotik 100 mililiter, 48 botol vitamin 100 mililiter, empat botol disinfektan maisng-maisng 2,5 liter, dan satu unit spray,” katanya.

Fadjar melanjutkan, berdasarkan hasil investigasi lapangan diperoleh informasi bahwa telah terjadi dugaan antraks tipe kulit pada 16 orang dan megakibatkan kematian satu ekor sapi dan 17 ekor kambing. Kematian ternak tersebut terjadi sejak November 2016 dan tidak pernah dilaporkan, baik oleh peternak maupun masyarakat, kepada dinas yang menangani fungsi peternakan dan kesehatan hewan. 

Setelah ada kasus pada manusia, kata Fadjar, Dinas Kesehatan Yogyakarta baru memberikan laporan kepada Pemda Kulon Progo dan Dinas Peternakan yang selanjutnya diinfokan ke Balai Besar Veteriner Wates (BBVet Wates). Berdasarkan hasil pengujian laboratorium di BBVet Wates pada 12 Januari 2017, disimpulkan penyebab kematian ternak adalah akibat terinfeksi kuman antraks, yaitu Bacillus anthracis yang merupakan  penyebab penyakit antraks.

Sampai saat ini, jumlah kambing yang mati atau dipotong paksa oleh masyarakat berjumlah 17 ekor dan satu ekor sapi. Kemudian, berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, dari 16 orang yang diduga terkena antraks tipe kulit, 15 orang di antaranya telah dinyatakan sembuh dan seorang meninggal dunia. 

“Tapi penyebab kematian belum dapat dipastikan, mengingat pasien juga menderita komplikasi diabetes dan penyakit jantung,” kata Fadjar.

Fadjar menegaskan, berdasarkan laporan perkembangan sejak Rabu (18/1) sampai Ahad (22/1), tidak ada laporan kasus baru. Situasi terakhir pun dilaporkan sudah terkendali dan tidak ada kasus lagi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement