Jumat 20 Jan 2017 02:30 WIB

Bali Rekrut 200 Sarjana Pertanian

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas Dinas Peternakan memasangkan kalung penanda vaksin rabies pada seekor anjing saat Pencanangan Vaksin Rabies Tahap IV di Denpasar, Bali.
Foto: Nyoman Budhiana/Antara
Petugas Dinas Peternakan memasangkan kalung penanda vaksin rabies pada seekor anjing saat Pencanangan Vaksin Rabies Tahap IV di Denpasar, Bali.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pemerintah Provinsi Bali fokus mengatasi pengangguran intelektual, salah satunya dengan merekrut 200 sarjana pertanian. Mereka akan dilibatkan dalam pelaksanaan program unggulan Bali Mandara, yaitu Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri), hingga penguatan adat dan budaya.

Kepala Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Daerah Provinsi Bali, I Dewa Gede Mahendra Putra mengatakan usaha ini untuk membangkitkan kembali sektor pertanian. Simantri juga membantu mengurangi jumlah pengangguran intelektual berlatar belakang sarjana pertanian.

"Tanpa bermaksud mengecilkan keberadan lulusan pertanian, faktanya mereka tak mudah mendapat pekerjaan di jalur formal," kata Mahendra Putra di Denpasar, Kamis (19/1).

Sarjana yang direkrut akan mendampingi Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang mendapat bantuan Simantri di seluruh kabupaten dan kota di Bali. Gapoktan diharapkan lebih kreatif dan mendapat sentuhan teknologi pertanian beserta ilmunya dari para sarjana.

Simantri, kata Mahendra Putra bukan semata kegiatan memelihara sapi. Simantri merupakan program terintegrasi dengan prinsip nol limbah, misalnya pengolahan kotoran sapi menjadi biogas dan kompos. Pemprov Bali juga merekrut Sarjana Bahasa Bali yang ditugaskan sebagai Penyuluh Bahasa Bali. Mereka ditempatkan di setiap desa adat (pekraman) dan sangat penting dalam upaya pelestarian desa adat dan budaya Bali.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Bali, Ketut Wija mengatakan tingkat pengangguran di Bali saat ini 1,89 persen atau 46.484 orang dan merupakan terbaik nasional.  "Mereka didominasi lulusan Sekolah Menengah Kejuran (SMK) dan Sarjana yang sering disebut pengangguran intelektual," kata Wija.

Disnaker Bali juga mengatasi angka pengangguran intelektual dengan pemberdayaan Tenaga Kerja Sarjana (TKS). Program pusat yang dilaksanakan sejak 2012 ini merekrut lulusan sarjana dan ditugaskan mendampingi kelompok usaha selama delapan bulan.

Sarjana diharapkan mendapat pengalaman dan belajar mengenai kewirausahaan untuk selanjutnya mampu membuka usaha sendiri. Jumlah yang direkrut selama 2016 mencapai 150 orang disesuaikan dengan ketersediaan anggaran. Disnaker Bali juga berencana menggelar Focus Group Discussion (FGD) melibatkan para rektor perguruan tinggi se-Bali dan menjajaki kerjasama dengan inkubator bisnis Universitas Udayana. Berbagai upaya tersebut diharapkan mampu menekan angka pengangguran intelektual agar jumlahnya tak makin bertambah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement