REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada November 2016 tumbuh 3,6 persen year on year (yoy). Angka itu lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan Oktober sebesar 6,5 persen yoy.
Perlambatan tersebut didorong oleh perlambatan ULN sektor publik dan penurunan ULN sektor swasta. Perlambatan ULN pertumbuhan ULN terjadi baik pada ULN berjangka panjang maupun pendek. Dengan posisi itu ULN Indonesia menjadi sebesar 316 miliar dolar AS.
Pengamat Ekonomi A Tony Prasetiantono menyatakan, perlambatan ULN merupakan berita baik. "Berarti kita semakin konservatif untuk melakukan tambahan utang. Apalagi kalau dari sisi pemerintah, jelas pemerintah tidak boleh sembarangan menaikkan defisit. Meskipun sempat tertekan, tapi tahun lalu defisit hanya 2,46 persen terhadap GDP," ujarnya saat ditemui di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin, (16/1).
Menurutnya, Indonesia harus belajar dari pengalaman seperti negara Brazil, yang defisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) nya mencapai 10 persen dari GDP dengan cara menambah ULN. Maka, baginya tren yang dilakukan pemerintah sudah benar.
"Meskipun risikonya, pemerintah tidak mampu mendorong atau menstimulus fiskal sebagaimana kebutuhan. Kita kan butuh dorong fiskal, tapi kalau bikin APBN tambah utang, itu tidak sustainable," jelas Tony.
Bank Indonesia (BI) mencatat, ULN Berdasarkan kelompok peminjam, posisi ULN didominasi ULN sektor swasta. Posisi ULN sektor publik dan swasta masing-masing tercatat sebesar 154,5 miliar dolar AS (48,9 persen dari total ULN) dan 161,5 miliar dolar AS (51,1 persen dari total ULN).
ULN sektor publik tumbuh melambat menjadi 12,1 persen (yoy) dari 17,0 persen (yoy) pada bulan Oktober 2016. Selain itu, ULN sektor swasta turun 3,4 persen (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan penurunan pada Oktober 2016 yang sebesar 2,0 persern (yoy).
Berdasarkan jangka waktu asal, posisi ULN Indonesia didominasi oleh ULN berjangka panjang (86,7 persen dari total ULN). ULN berjangka panjang pada November 2016 mencapai 274,1 miliar dolar AS, terdiri dari ULN sektor publik sebesar 153,7 miliar dolar AS (56,1 persen dari total ULN jangka panjang) dan ULN sektor swasta sebesar 120,4 miliar dolar AS (43,9 persen dari total ULN jangka panjang).
Sementara itu, ULN berjangka pendek sebesar 42,0 miliar dolar AS (13,3 persen dari total ULN), terdiri dari ULN sektor swasta sebesar 41,2 miliar dolar AS (98,1 persen dari total ULN jangka pendek) dan ULN sektor publik sebesar 0,8 miliar dolar AS (1,9 persen dari total ULN jangka pendek).