REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Wells Fargo mengumumkan rencananya pada Jumat (13/1) untuk menutup lebih dari 400 cabang bank pada akhir 2018. Bank-bank tersebut berada di lebih dari 85 lokasi.
Percepatan penutupan cabang di Wells Fargo merupakan refleksi dari preferensi Amerika untuk sistem online dan mobile banking hari ini. Tidak seperti Wells Fargo, saingan utamanya Bank of America (BAC) dan JPMorgan Chase (JPM) telah jauh lebih agresif dalam menutup cabang beberapa tahun terakhir.
Wells Fargo mengatakan, penutupan cabang baru tidak didorong skandal rekening bank palsu. Namun analis Wall Street melihat adanya hubungan tersebut. Bukan hanya harus meningkatkan biaya hukum untuk membersihkan kekacauan, tapi cabang-cabangnya ajug tida mungkin menjadi mesin keuntungan.
Pembukaan rekening Wells Fargo telah menurun secara dramatis dalam beberapa bulan terkahir. Tidak peduli apa penyebabnya, Wells Fargo tidak mengisyaratkkan PHK secara luas untuk bankir, teller dan karyawan cabang lainnya. Bank mengatakan telah mengantisipasi penutupan 200 cabang tahun ini dan para karyawan dapat dipindahkan ke cabang terdekat.
Pada 2018, Wells Fargo berencana menutup 200 cabang lainnya yang merupakan bagian rencana untuk menyelamatkan sekitar 2 miliar dolar AS per tahun pada akhir tahun depan. CEO Wells Fargo Tim Sloan mengatakan, pihaknya bergerak dalam menanggapi pergeseran perilaku konsumen. "Mereka masih ingin datang ke cabang-cabang kami. Tapi mereka juga mengakses kami secara online, di ponsel, melalu ATM dan melalui telepon," ujar dia dilansir CNN.
Dalam banyak hal, Wells Fargo baru saja mulai megejar ketertinggalan dengan tren bank-bank besar menutup cabang. Bahkan, setelah memperhitungkan penutupan tahun ini, Wells Fargo masih memiliki lebih dari enam ribu cabang di 39 negara.
Sebuah analisis USB menemukan, lebih dari 40 persen cabang Wells Fargo bisa ditempuh lima menit berkendara dari cabang Wells Fargo lainnya. UBS mengatakan, itu adalah salah satu rasio 'kanibalisasi' yang tertinggi dari salah satu bank besar.