REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memperkirakan penurunan suku bunga kredit akan mendorong pertumbuhan kredit pada 2017. Deputi Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menjelaskan, pada akhir tahun pertumbuhan kredit berada di sekitar sembilan persen.
"Di awal tahun itu mengalami kenaikan, dari yang sembilan persen di akhir tahun," ujar Perry di Gedung Bank Indonesia, Jumat (13/1).
Menurut Perry, tren kredit ke depan akan menguat setelah perbankan selesai melakukan konsolidasi dan restrukturisasi kredit pada 2016. Keberhasilan perbankan melakukan konsolidasi kredit macet tercermin dari rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) yang diperkirakan sudah mencapai puncaknya di akhir tahun 2016.
Adapun tren penurunan suku bunga khususnya kredit, terus berlanjut. Hingga akhir tahun, suku bunga kredit sudah turun sebesar 0,7 persen. Adapun berdasarkan klasifikasi, suku bunga kredit modal kerja sudah turun hampir 1 persen, sedangkan yang turunnya agak lambat yaitu kredit investasi dan kredit konsumsi. "Untuk kredit produksi dan modal kerja sudah turun hampir 1 persen," tambah Perry.
Di sisi lain, ia juga memperkirakan kegiatan ekonomi domestik akan terus naik, yang akan mendorong pertumbuhan kredit.
Sementara itu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai kredit ekspor impor pada tahun ini akan membaik dibandingkan tahun lalu. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Nelson Tampubolon mengatakan, volume ekspor impor Indonesia diperkirakan sudah menunjukkan angka perbaikan, didorong oleh harga komoditas yang membaik.
"Pada akhir tahun lalu kelihatan perdagangan ekspor impor udah positif," ujar Nelson di Kantor OJK, Jumat (13/11).
Tercatat berdasarkan data OJK, hingga Oktober 2016 lalu, kredit ekspor naik sebesar 4,47 persen yoy menjadi Rp 90,69 triliun. Sedangkan untuk kredit impor turun 20,87 persen yoy menjadi Rp 48,9 triliun.
Kendati dinilai positif dari segi harga komoditas, namun untuk kredit ekspor impor, harus diwaspadai beberapa faktor eksternal. Salah satunya faktor kebijakan pemerintahan Trump di Amerika Serikat.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad menegaskan, meski target pertumbuhan kredit sebesar 9-12 persen, pihaknya akan memaksimalkan kinerja sektor jasa keuangan agar dapat mencapai batas atas target. "Hal itu bukan tidak mungkin karena keuangan dan kapasitas yang membaik di tahun ini,"katanya.
Apalagi dengan adanya inisiatif dan respon pemerintah untuk terus memperbaiki daya saing ekonomi, dan model-model pembiayaan yang lebih bervariasi baik bank, pasar modal dan perusahaan pembiayaan, maka diperkirakan akan dapat mendorong pertumbuhan kredit.