Jumat 13 Jan 2017 14:41 WIB

Menyulap Limbah Jadi Pundi-Pundi Uang

Rep: Yusuf Assidiq/ Red: Nidia Zuraya
Kerajinan miniatur bus. Seorang perajin menyelesaikan kerajinan miniatur bus di Nogosari, Boyolali, Jawa Tengah.
Foto: ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/Rei/nz/15.
Kerajinan miniatur bus. Seorang perajin menyelesaikan kerajinan miniatur bus di Nogosari, Boyolali, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, Dibuang sayang. Itulah yang terlintas di benak Usmanto (49) saat melihat banyaknya limbah kayu sengon bekas untuk membangun rumah. Tak lama kemudian, ide kreatifnya muncul. Warga RT 03 RW 05 Tegalputren, Pajang, Kota Solo, Jawa Tengah ini pun berinisiatif memanfaatkan limbah kayu tersebut untuk dibuat menjadi mobil mainan.

Berbagai jenis mobil mainan lantas ia ciptakan, mulai dari bus, truk, dan lainnya, yang memiliki nilai jual. Dijelaskan, dirinya mulai menekuni membuat barang ekonomi kreatif itu sejak awal 2014 hingga sekarang.

"Setelah melihat banyak limbah kayu papan bekas bangunan, saya berpikir untuk dibuat mobil-mobilan dan ternyata banyak diminati masyarakat," kata Usmanto, beberapa waktu lalu.

Menurut dia, truk dan bus mainan dari kayu dengan ukuran bervariasi buatannya tersebut pada awalnya memang masih menemui kesulitan dalam pemasaran kepada konsumen. Dirinya harus bekerja keras berkeliling kampung untuk menawarkan hasil ekonomi kreatif ini, agar laku. Namun, kini hanya dengan menggelar dagangannya di sejumlah tempat strategis di Kota Solo, seperti Sunday Market di kawasan Manahan, 'Car Free Day' di Jalan Slamet Riyadi, dan kegiatan lainnya, ternyata banyak peminatnya.

Ia mengatakan sejatinya dirinya sehari-hari bekerja sebagai tukang bangunan.  Adapun membuat mainan mobil dari kayu ini merupakan pekerjaan sambilan untuk menambah penghasil keluarga. Menurut dia, truk dan bus mainan buatannya banyak diminati oleh masyarakat, karena selain memiliki keunikan dan kualitas yang bagus, juga tahan untuk mainan serta kadang dinaiki oleh anak-anak.

Truk dari kayu itu, jelasnya, memiliki ukuran panjang sekitar 40 hingga 50 centimeter itu cukup kuat dinaiki oleh anak-anak. Usmanto pun menjual truk dan bus mainan dari kayu tersebut dengan harga masih terjangkau yakni antara Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu per buah. Usmanto menjelaskan truk dan bus mainan buatannya laku terjual dengan omzet yang lumayan rata-rata antara 15 hingga 20 buah per bulan.

Saat ini, ujarnya, kemampuan produksinya rata-rata hanya sekitar 15 buah per bulan. Terkait bahan baku limbah kayu papan sengon, Usmanto mengatakan sejauh ini tidak ada masalah. Ia menyebutkan stok bahan baku kayu itu cukup banyak tersedia. Biasanya, ia membeli bahan kayu sengon itu dengan harga rata-rata Rp 11 ribu per lembar dengan ukuran panjang sekitar 2,5 meter dan lebar sekitar 20 hingga 30 centimeter. "Setiap dua lembar kayu papan ini, dapat membuat satu buah truk," katanya.

Hanya saja diakui proses pembuatannya memang cukup rumit. Selain itu juga butuh waktu cukup lama. Pertama-tama, dari papan kayu sengon digambar dengan menggunakan mal kertas dan kemudian digergaji sesuai bentuknya. Menurut dia, gambar-gambar tersebut setelah dipotong-potong dengan digergaji, kemudian menggunakan paku dan lem kayu untuk merakit hingga berbentuk mainan mobil yang dikehendaki.

Mobil yang sudah jadi kemudian diampelas dan didempul agar kelihatan rata. "Mobil yang sudah didempul kemudian diampelas kembali sebelum dicat sesuai warna yang dikehendaki. Mobil ini siap dipasarkan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement