Rabu 11 Jan 2017 22:45 WIB

Kenaikan Harga Minyak Dunia akan Dukung Ekspor Nasional

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)
Foto: sustainabilityninja.com
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menjelaskan, pemulihan ekonomi negara berkembang, yang berkontribusi sebesar 60 persen dari pertumbuhan ekonomi global, pada tahun ini dipengaruhi oleh ekspektasi perbaikan harga komoditas global.

"Terutama harga minyak dunia yang selanjutnya akan mendorong perbaikan kinerja ekspor khususnya bagi negara pengekspor komoditas dasar termasuk Indonesia," kata Josua, Rabu (11/1).

Namun demikian, Indonesia dan negara berkembang lainnya dinilai perlu mengantisipasi tantangan atau risiko global pada tahun ini antara lain ketidakpastian prospek perdagangan dunia, serta kebijakan-kebijakan negara maju seperti AS, serta pelemahan potensi pertumbuhan yang dipengaruhi oleh investasi yang lambat serta lambatnya pertumbuhan produktivitas.

Sementara itu, tren perlambatan ekonomi Cina juga diperkirakan turut memberikan efek domino bagi sebagian besar negara berkembang. Josua menuturkan, terkait dengan prospek ekonomi Indonesia pada tahun ini diperkirakan secara moderat tumbuh sekitar 5,1-5,2 persen, dimana kredibilitas kebijakan fiskal akan menjadi kunci dalam menjaga pertumbuhan ekonomi dengan memberikan stimulasi pada komponen-komponen pertumbuhan. "Kebijakan fiskal adalah ekspansif namun tetap dalam prinsip kehati-hatian dengan melakukan efisiensi belanja barang, dan memprioritaskan belanja infrastruktur," katanya.

Selain itu, pelonggaran kebijakan moneter pada tahun lalu diperkirakan akan tetap menjaga daya beli masyarakat pada tahun ini. Kondisi tersebut akan membuat konsumsi masyarakat masih akan menjadi kontributor utama ekonomi Indonesia. Di sisi lain, kuatnya fundamental ekonomi yang didukung oleh reformasi kebijakan struktural melalui percepatan kebijakan deregulasi ekonomi serta percepatan infrastruktur berpotensi mendorong perbaikan investasi khususnya di sektor riil yang memiliki multiplier effect lebih besar pada pertumbuhan.

Selain konsumsi masyarakat dan investasi, kata Josua, belanja pemerintah juga diperkirakan akan menjaga momentum pertumbuhan khususnya belanja-belanja pada sektor-sektor produktif seperti infrastruktur serta program padat karya lainnya.

"Mempertimbangkan perbaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tentunya akan ada perbaikan corporate earnings yang berimplikasi pada ekspektasi kinerja positif dari pasar saham pada tahun ini," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement