REPUBLIKA.CO.ID, MEULABOH -- Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh mencatat seluas 3.637 hektare tanaman padi usia 7 hari hingga 60 hari terancam puso karena sudah terendam air banjir yang melanda daerah itu. Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Aceh Barat Ir Safrizal, di Meulaboh, Senin (9/1) mengatakan, apabila genangan air banjir terus menenggelamkan tanaman padi yang sudah disemai, dalam kurun waktu lima hari maka tanaman itu bisa mati atau rusak.
"Terancam puso kalau memang sudah terendam dan tenggelam tanaman padi sampai lima hari lebih. Mudah-mudahan saja hari ini genangan air banjir sudah mulai surut, apalagi sebagian besar tanaman masih dalam usia pemupukan," ujarnya.
Safrizal menyampaikan, dominan yang ditemukan itu tanaman padi berusia di bawah 30 hari. Artinya masih ada waktu pemupukan kedua yang harus dilakukan. Sehingga apabila tanaman padi masih terendam maka proses pemupukan molor waktu.
Sementara untuk padi berusia di atas 30 hari sudah tidak lagi memerlukan pemupukan selanjutnya. Sehingga tanaman padi berusia 50 hingga 60 hari akan dapat selamat dan tumbuh subur secara alami apabila selama banjir tidak rusak ataupun terbawa hanyut.
Dia menyarankan kepada masyarakat dan petani yang memiliki area sawah tanaman padi yang terendam untuk segera melakukan upaya pencegahan dengan membersihkan saluran pembuangan air. Tujuannya agar debit air banjir di dalam sawah cepat menyusut. "Kalau sudah ada pergerakan air banjir surut, kita sarankan segeralah petani melakukan pembersihan saluran agar air tidak bertahan lama air menenggelamkan tanaman. Untuk pupuk usia di atas 30 hari tidak lagi dibutuhkan," katanya.
Lebih lanjut disampaikan, kondisi genangan air banjir mengancam tanaman padi ditemukan pada sembilan dari 11 kecamatan Aceh Barat yang diterjang banjir luapan sungai akibat tingginya intensitas curah hujan dalam satu pekan terakhir. Safrizal menyampaikan, setelah dilakukan iventarisasi luasan tanaman padi yang rusak, maka akan diusulkan kepada Pemerintah Provinsi bantuan bibit untuk diberikan kepada petani yang mengalami kerugian akibat bencana alam musim tanam rendengan ini.
Selain itu penyuluh di lapangan kata dia, masih dalam proses pendataan lebih lanjut, termasuk mendata kerusakan palawija dan tanaman lain seperti tanaman cabai masyarakat yang terkena dampak banjir untuk proses penanganan selanjutnya. "Selain padi juga ada tanaman lain, pala wija termasuk tanaman cabai, tapi masih dalam proses pendataan. Setelah selesai kita iventarisasi semua kerusakan atau kerugian baru nanti kita lihat bagaimana penanganan seperti apa," katanya menambahkan.
Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat hingga hari keempat, Ahad (8/1) banjir mengepung Aceh Barat setidaknya telah merendam 11 dari 12 kecamatan, meliputi 74 desa sehingga terdampak terhadap 5.946 kepala keluarga dengan 19.289 jiwa. Ketinggian debit air banjir 50 hingga 170 centimeter.
Pantauan di lapangan, genangan air banjir Senin, (9/1) pagi sudah berangsur surut dari rumah dan permukiman warga. Korban banjir yang semula bertahan di tenda pengungsian sudah mulai kembali membersihkan rumah karena terjangan banjir susulan itu.