Kamis 05 Jan 2017 21:40 WIB

Presiden: Stok Beras Bulog Meningkat Signifikan

 Pekerja menyusun karung beras di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, Senin (2/1).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pekerja menyusun karung beras di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, Senin (2/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo mengungkapkan pemerintah tidak berencana impor beras mengingat stok beras di Bulog meningkat secara signifikan.

"Biasanya September-Oktober itu sudah rapat terbatas untuk mengatasi kekurangan stok beras. Yang kedua mengenai pengendalian harganya, berapa yang harus kita impor untuk mengendalikan harga. Ini (ratas) kok tidak ada," kata Jokowi saat memberikan sambutan dalam pembukaan Rakernas Pembangunan Pertanian 2017 di Hotel Bidakara Jakarta pada Kamis (5/1).

Presiden juga mengungkapkan kebahagiaannya atas pencapaian Kementerian Pertanian dalam meniadakan impor beras tersebut. Kepala Negara mengatakan stok beras di Bulog hingga Kamis pagi berjumlah 1,734 juta ton.

Sementara jumlah stok beras pada akhir 2015, menurut Jokowi, hanya sekitar 800 ribu ton. "Artinya sudah meningkat 2 kali lebih sehingga benar pada September tidak ada ratas mau impor berapa karena stoknya sudah dua kali lipat lebih," ujar Presiden.

Dengan berlimpahnya stok beras maka dapat mengatasi potensi lonjakan harga karena pasar bisa mendapat sokongan suplai dari Bulog langsung. Dalam sambutannya, Kepala Negara juga mengharapkan impor jagung dapat ditiadakan pada 2018 jika upaya meningkatkan produktivitas di lapangan dilakukan secara detail.

"Jagung, data yang saya peroleh ini impornya 3,2 juta ton dan data terakhir yang saya terima impor kita 2016 hanya 900 ribu ton," ujar Presiden. Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut menjelaskan, menurunnya jumlah impor jagung itu dikarenakan terdapat produksi yang melonjak di dalam negeri.

Menurut data Kementerian Pertanian, penurunan impor jagung di Indonesia terjadi sebesar 66,6 persen.

Produksi jagung meningkat jadi 23,2 juta ton pada 2016 dari sebelumnya 19 juta ton pada 2014 atau naik sebesar 21,8 persen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement