Kamis 05 Jan 2017 04:07 WIB

BKPM Kejar Investasi 678 Miliar Dolar AS

Rep: Debbie Sutrisno / Red: Budi Raharjo
 Pekerja menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat dikawasan Sudirman, Jakarta, Senin (31\10).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Pekerja menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat dikawasan Sudirman, Jakarta, Senin (31\10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menargetkan perkembangan investasi bisa mencapai 678 miliar dolar AS. Nilai ini meningkat cukup besar dibandingkan 2015 yang ditarget 594,8 miliar dolar AS.

Target ini diperbesar karena Pemerintah menilai bahwa pertumbuhan ekonomi akan lebih banyak ditopang oleh tumbuhnya investasi ke dalam negeri. Kepala BKPM Thomas Lembong mengatakan, tiga sektor lain seperti belanja pemerintah, konsumsi masyarakat dan nilai ekspor diprediksi tidak akan berpengaruh banyak untuk pertumbuhan ekonomi.

Untuk itu peningkatan pertumbuhan investasi menjadi mutlak hukumnya. "Mesin ekonomi pincang karena ekspor tidak jalan. Dua sektor lain juga peningkatannya kurang signifikan. Jadi tiga sektor ini sudah mentok," kata Lembong dalam konferensi pers, Rabu (4/1).

Untuk mencapai target ini, BKPM akan lebih banyak mengandalkan pertumbuhan investasi di sektor jasa.  Salah satu sektor jasa yang akan ditingkatkan adalah pariwisata. Banyaknya minat wisatawan dalam dan luar negeri untuk menikmati panorama Indonesia, membuat sektor ini harus segera dibenahi.

"Jadi hemat saya kita akan lebih memfokuskan arus investasi ke sektor pariwisata. ini ekspor jasa yang paling laku saat ini," kata Lembong dalam konferensi pers, Rabu (4/1).

Menurut Lembong, banyak faktor yang membuat sektor jasa khususnya pariwisata harus segera diperbaiki agar menarik minat wisatawan. penguatan dolar menjadi hal yang ikut diperhitungkan dalam target investasi ini.

Kuatnya mata uang Amerika terhadap banyak negara, bukan hanya Indonesia bisa membuat wisatawan luar negeri yang biasanya menghabiskan uang dengan bepergian ke Amerika, seperti Hawai, memilih untuk menghabiskan uang ke negara yang nilai mata uangnya lebih rendah. Ini menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk mendorong wisatawan datang ke Indonesia dengan berbagai fasilitas pariwisata yang ditawarkan.

Selain itu, peningkatan investasi padar karya tidak hanya bisa didapatkan melalui pembangunan industri seperti tekstil atau alas kaki. Sektor pariwisata pun bisa menjadi industri padat karya. Sebab, dalam pengembangan sektor ini akan banyak industri yang ikut bergerak. Mulai dari perhotelan, makanan, dan pertumbuhan sektor pendukung lain yang bisa dimanfaatkan melalui pariwisata.

Sektor di luar jasa seperti perkembangan investasi yang padat modal seperti pertambangan dan otomotif memang masih menjadi pilihan lain dalam meningkatkan jumlah investasi. Nilai pertambangan seperti batu bara, mineral, atau naiknya harga minyak memang masih menjadi pilihan sejumlah investor asing.

Meski demikian, jumlah ini tidak akan melonjak signifikan karena para investor juga masih menakar akan seperti apa perekonomian dalam 5-10 tahun mendatang. Sebab, harga pertambangan ini kerap naik turun dalam waktu yang tidak ditentukan.

Sedangkan otomotif kemungkinan masih menjadi pilihan lain investor. Perkembangan industri otomotif di Indonesia memang cukup baik. Banyaknya piranti dari dalam negeru yang digunakan oleh perusahaan di luar Indonesia membuat sektor ini masih diminati.

"Otomotif ini sudah mendekati di mana kita hampir setara dengan tingkat global. Kalau kita bisa meningkatkan investasi ini kita bisa mengekspor ke Korea, Jepang dan negara lain, untuk kemudian otomotif dari negara itu juga diekspor seperti ke Amerika," ungkap Lembong.

Mantan Menteri Perdagangan ini juga menilai bahwa iklim i investasi di Indonesia masih menarik dibandingkan dengan negara lain di Asia ataupun Asia Tenggara. Di tengah gempuran persoalan politik dan keamanan, Indonesia masih terbilang aman, stabil, dan reformis. Adanya permasalah politik dan ekonomi seperti british exit (brexit), pemilihan presiden Amerika dan terorisme, tidak membuat negara ini ikut terpengaruh. Stabilitas yang baik saat ini menempatkan Indonesia menjadi negara yang diburu banyak investor asing.

Lembong berharap, dengan momentum yang masih terjaga, semua pihak baik Pemerintah pusat maupun Pemerintah Daerah bisa menjaga stabilitas ini. "Ini jangan sampai kita kehilangan momentum. Ini reformasi perekonomian yang baik. Ini harus berkelanjutan dan terus dilakukan," ungkapnya.

Pengamat perekonomian Mohammad Faisal menjelaskan, indonesia memang masih bagus dalam menarik investasi asing. Iklim yang terjaga membuat investos asing tidak takut menanamkan modalnya.

Meski demikian, Faisal berharap pemerintah bisa memilah-milah investasi apa yang akan berguna untuk pertumbuhan ekonomi dan tidak membuat masyarakat dan industri lokal tertekan. Artinya investasi ini harus bisa menarik pertumbuhan industri dalam negeri.

"Misal, dalam investasi ini mereka mengikutsertakan dan menggaet industri untuk memenuhi dengan penggunaan konten lokal. Jadi bukan hanya perusahaan luar saja yang untung, tapi industri kita juga terangkat ekonominya," papar Faisal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement