REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada Rabu (27/12). Kuliah umum bertema 'Tax Amnesty dan Strategi Penguatan Ekonomi Indonesia 2017' ini diselenggarakan di Dome UMM.
Di hadapan ribuan mahasiswa UMM, mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu memaparkan pentingnya kesadaran membayar pajak untuk menopang pembangunan negara. Di sela kuliahnya, Sri Mulyani juga mengajak para mahasiswa menekuni ekonomi syariah.
"Ketika saya menjadi menteri keuangan pada 2008, pusat penjualan sukuk terbesar dunia berada di London padahal Inggris bukan negara berpenduduk mayoritas Muslim sebagaimana Indonesia," kata Sri Mulyani.
Di Indonesia, lanjutnya, peranan ekonomi dan keuangan syariah belum optimal. Ia menerangkan aset perbankan syariah baru 4,83 persen dari total aset perbankan nasional. Aset asuransi syariah hanya 5,42 persen dari aset asuransi nasional. Aset pembiayaan syariah 5,54 persen dari aset pembiayaan nasional.
Sementara itu pangsa pasar reksadana syariah baru mencapai 8,52 persen di pasar modal. Pangsa pasar sukuk negara baru 13 persen dan pangsa pasar sukuk korporasi baru tiga persen. Dengan proporsi syariah yang masih terbilang kecil jika dibandingkan proporsi ekonomi konvensional, dibutuhkan lebih banyak ahli keuangan syariah agar ekonomi syariah Indonesia lebih berkembang. "Ayo para mahasiswa khususnya di Fakultas Ekonomi, mulailah melirik ekonomi syariah," ujarnya.