Jumat 16 Dec 2016 04:08 WIB

Lampung Produsen Gula Tapi Masih Impor Gula

Gula
Foto: Dailymail
Gula

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Provinsi Lampung dikenal sebagai produsen gula dan berkontribusi gula nasional. Namun, Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung mencatat Lampung masih mengimpor gula, dan pada November tahun ini meningkat dari bulan sebelumnya.

Dalam keterangan persnya, Kamis (15/12), BPS Lampung mengatakan terjadi kenaikan impor non-minyak dan gas bumi (Migas) pada November 2016 dibandingkan pada Oktober 2016. Bulan November 2016 impor tercatat 23,48 juta dolar AS, sedangkan Oktober 2016 sebesar 20,93 juta dolar AS.

“Impor tahun ini terjadi kenaikan dari Oktober ke November sebesar 11,69 persen,” kata Kepala Bidang Statistik dan Distribusi BPS Lampung Bambang Widjonarko.

Dari total impor produk nonmigas tersebut, ia mengungkapkan terdapat dua golongan barang utama yang tergolong tinggi nilai impornya. Yakni, gula dan kembang gula naik 24,86 persen, kemudia biji-bijian berminyak sebesar 42,44 persen.

Tingginya nilai impor gula dan kembali, karena kebutuhan industri makan terhadap gula rafinasi semakin tinggi di Lampung, sedangkan produksi gula yang ada di Lampung belum mampu memenuhinya. Provinsi Lampung memiliki lima pabrik gula berskala nasional. Diantaranya yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara VII, PT Sugar Group Companies, PT Gunung Madu Plantation, PT Gula Putih Mataram. Pabrik gula perusahaan besar tersebut tersebar di Lampung dan Sumatra Selatan.

BPS Lampung mencatat terjadi peningkatan jumlah nilai impor produk nonmigas pada November tahun lalu sebesar 14,42 persen. Pada November tahun lalu tercatat nilai impor 19,14 juta dolar AS.

Sedangkan nilai impor yang turun terjadi pada tiga golongan barang utama yakni ampas/sisa industri makanan sebesar 66,41 persen, binatang hidup 39,71 persen dan mesin/pesawat mekanik turun 50,93 persen.

Negara pemasok barang impor ke Lampung pada bulan lalu, menurut kelompok negara utama berasal dari Qatar 57,61 juta dolar AS; Brazil 30,41 juta dolar AS; Saudi Arabia 17,45 juta dolar AS; Tiongkok 12.18 juta dolar AS; Australia 8,40 juta dolar AS; dan Amerika Serikat 10,89 juta dolar AS.

Sedangkan impor terbesar berasal dari kelompok negara utama lainnya yang mencapai 136,95 juta dolar AS, kemudian disusul negara ASEAN 72,93 juta dolar AS dan Uni Eropa 251 juta dolar AS. n Mursalin Yasland

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement