Kamis 08 Dec 2016 17:59 WIB

Trump dan Cina, Tantangan Nyata Pertumbuhan Ekonomi 2017

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Ani Nursalikah
Donald Trump.
Foto: AP
Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi domestik Indonesia akan terkoreksi oleh risiko dinamika pasar global 2017 mendatang. Dua faktor eksternal paling disoroti adalah adanya dinamika politik di Amerika Serikat (AS) pascaterpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS dan perlambatan ekonomi Cina sepanjang 2016.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Bambang Brodjonegoro menyebutkan, kedua faktor tersebut masing-masing mampu menekan target pertumbuhan ekonomi yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 sebesar 5,1 persen.

Bambang merinci, adanya efek Trump yang diyakini bakal menjalankan kebijakan ekonomi proteksionisme bakal berimbas pada kegiatan perdagangan antara AS dan mitra dagangnya selama ini termasuk Indonesia. Efek Trump, menurutnya, berpotensi mengurangi target pertumbuhan sebesar 0,41 persen dari baseline pertumbuhan.

Terlebih, kebijakan perdagangan proteksionisme terhadap Meksiko dan Cina, akan memberikan dampak negatif bagi hubungan dagang kedua negara. Secara tak langsung, Indonesia yang merupakan salah satu mitra dagang utama Cina juga akan terkena imbasnya.

Bahkan, bila benar kebijakan Trump akan mengacu pada proteksionisme, maka konsumsi rumah tangga Indonesia akan terkoreksi sebesar 0,31 persen. Tak hanya itu, konsumsi pemerintah akan berkurang 0,05 persen dan yang terparah adalah pertumbuhan investasi akan terkoreksi 0,89 persen.

Sedangkan faktor eksternal kedua yang dianggap paling memberikan dampaknya kepada Indonesia adalah perlambatan ekonomi Cina. Bambang menjelaskan, kebijakan pemerintah Cina dalam mengejar target pertumbuhan dengan mendorong peningkatan investasi rupanya tidak berkesinambungan. Menurutnya, kebijakan pemerintah Cina diperkirakan akan berupaya untuk melonggarkan target pertumbuhan ekonominya dan lebih diarahkan untuk mengendalikan kredit yang berdampak pada tertahannya laju investasi.

Langkah Cina tersebut lantas akan melemahkan negara-negara mitra dagang dan penghasil komoditas termasuk Indonesia. Simulasi yang dilakukan Bappenas menunjukkan, perlambatan ekonomi Cina dan pengetatan kebijakan ekonomi Cina mampu mengoreksi target pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 0,72 persen dari baseline pertumbuhan ekonomi. Bahkan, efek dari Cina ini mampu mengurangi pertumbuhan investasi domestik hingga 1,02 persen.

"Lagi-lagi investasi adalah kuncinya. Karena pertumbuhan investasi adalah kunci bagi pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh. Isu ini sangat kritis dan PR kita bagaimana menggairahkan iklim investasi," ujar Bambang dalam diskusi di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (8/12).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement