Selasa 06 Dec 2016 00:32 WIB

Kemenperin akan Fasilitasi Pendidikan Vokasi Industri Perawatan Pesawat

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Budi Raharjo
Sejumlah pesawat terbang milik maskapai Merpati Nusantara Airlines terparkir di Pusat Perawatan Pesawat Merpati Nusantara Airlines, Lapangan Udara Djuanda, Sidoarjo, Jawa Timur,
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Sejumlah pesawat terbang milik maskapai Merpati Nusantara Airlines terparkir di Pusat Perawatan Pesawat Merpati Nusantara Airlines, Lapangan Udara Djuanda, Sidoarjo, Jawa Timur,

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian bersama asosiasi industri penerbangan akan berupaya meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia (SDM) di bidang perawatan dan perbaikan pesawat atau maintenance, repair, and overhaul (MRO). Apalagi, Indonesia diperkirakan butuh sebanyak 12-15 ribu tenaga ahli MRO hingga 15 tahun ke depan.

“Saat ini, sekolah-sekolah teknisi penerbangan di Indonesia hanya menghasilkan 200 tenaga ahli per tahun, sedangkan kebutuhannya mencapai 1.000 orang per tahun,” kata Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan, seusai bertemu perwakilan Aircraft Maintenance Service Association (IAMSA), Senin (5/12).

Menurut Putu, Kemenperin akan memfasilitasi peningkatan kompetensi SDM kedirgantaraan nasional melalui kerja sama dengan perguruan tinggi dan pelaku industri untuk melaksanakan pendidikan kejuruan yang memenuhi standar nasional maupun international.

Upaya peningkatan SDM tersebut, seiring dengan potensi bisnis industri MRO di Indonesia yang saat ini mencapai 920 juta dolar AS dan akan naik menjadi 2 miliar dolar AS dalam empat tahun ke depan. Pertumbuhan ini juga dikarenakan peraturan pemerintah tentang industri jasa penerbangan di Indonesia mulai dilonggarkan pada tahun 2000, pertumbuhan jasa penerbangan melonjak tajam dalam satu dekade terakhir.

Ketua Dewan IAMSA Richard mengatakan kemajuan bisnis MRO perlu didukung dengan ketersediaan SDM yang andal dan kompeten melalui kerja sama dengan institusi pendidikan seperti politeknik dan universitas melalui program beasiswa atau pinjaman dana pendidikan. Selain itu juga diharuskan membangun sarana yang cukup untuk menampung tenaga ahli yang dididik sesuai dengan kompetensi menjadi teknisi pesawat yang andal.

Richard menambahkan, pihaknya yang saat ini memiliki 30 anggota dan membutuhkan sebanyak 1.000 lulusan teknisi perawatan pesawat setiap tahun. "Untuk itu, kami menyarankan, kalau mau bersaing secara internasional, lulusan kita harus tingkat D3," ujarnya.

Richard menilai, lulusan D3 akan lebih mudah menyerap pelatihan yang diberikan oleh perusahaan penerbangan yang menggunakan teknologi tinggi. Bagi mereka yang lulus SMK bidang penerbangan dapat melanjutkan sekolahnya hingga D3 agar dapat menjadi tenaga kerja yang mampu bersaing di dunia penerbangan internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement