REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (29/11) pagi bergerak melemah tipis sebesar tiga poin menjadi Rp 13.521, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 13.518 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah relatif bergerak stabil. Pasar cenderung masih dibayangi beberapa kekhawatiran seperti inflasi November 2016 yang berpeluang naik serta rencana demonstrasi pada akhir pekan ini," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta.
Ia menambahkan bahwa permintaan dolar AS menjelang akhir bulan yang meningkat juga turut membuat pergerakan rupiah cenderung melemah meski berada dalam kisaran terbatas. Namun, menurut dia, rupiah juga masih berpotensi untuk kembali menguat menyusul Imbal hasil surat utang negara (SUN) yang mulai turun mengikuti global, itu menandakan mulai meredanya aliran keluar dana asing dari dalam negeri.
Ia menambahkan bahwa pelaku pasar uang juga mulai dapat memperhitungkan efek negatif dari hasil pemilihan presiden Amerika Serikat Donald Trump. Di sisi lain, kata dia, harga minyak berpeluang naik setelah anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyatakan sepakat untuk memangkas jumlah produksi walaupun finalisasi masih menunggu kesepakatan atas besarannya.
Sementara itu, Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova mengatakan bahwa menjelang rencana bank sentral AS (The Fed) untuk menaikkan suku bunga acuannya, sebagian pelaku pasar masih cenderung wait and see. "Pergerakan mata uang negara berkembang masih dibayangi oleh potensi kenaikan suku bunga AS," katanya.