Jumat 25 Nov 2016 13:28 WIB

Pesawat PTDI Pesanan Thailand Lepas Landas dari Bandara Husein

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Dwi Murdaningsih
CN235-220M Multi Purpose Aircraft Royal Thai Police (RTP) (kanan).
Foto: Republika/Zuli Istiqomah.
CN235-220M Multi Purpose Aircraft Royal Thai Police (RTP) (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- PT Dirgantara Indonesia (DI) resmi menerbangkan pesawat terbang CN235-220M Multi Purpose Aircraft Royal Thai Police (RTP) dari PTDI ke Thailand, Jumat (25/11) di Hanggar F Assy Fixed Wing PTDI, Jl. Pajajaran No. 154 Bandung. Pesawat ini merupakan pesanan khusus kepolisian Thailand yang merupakan buatan PTDI.

Pesawat terbang CN235-220M Multi Purpose Aircraft RTP ini diterbangkan dari Bandara Husein Sastranegara Bandung menuju Bandara Internasional Hat Yai Thailand bagian selatan di dekat perbatasan Malaysia. Sebelum lepas landas, pesawat ditinjau langsung oleh Menteri Pertahanan Ryamizars Ryacuddu yang ditemani Dirut PTDI Budi Santoso serta perwakilan dari Thai Aviation Industry.

Dirut PTDI Budi Santoso mengatakan Thailand menjadi salah satu mitra yang kerap memesan pesawat dari PTDI. Pesawat CN235-220M Multi Purpose Aircraft ini merupakan pemesan sejak tanggal 19 September 2014 lalu. Thailand merupakan customer kedua yang paling banyak membeli pesawat buatan PTDI. Setelah sebelumnya di tahun-tahun sebelumnya membeli pesawat NC212.

"Pada tahun 1978, Ministry of Agriculture Nd Cooperatives (MoAC) Thailand membeli sebanyak dua unit pesawat terbang NC212, kemudian tahun 1980 membeli NC212 sebanyak dua unit lagi. Dan tahun 1982 membeli satu unit peswat NC212 buatan PTDI," kata Budi.

Budi mengatakan pesawat N235-220M Multi Purpose Aircraft ini dapat digunakan sebagai VIP, troop transport, medical evacuation, pesawat penumpang dan kargo yang dapat dipasang bergantian sesuai dengan kebutuhan operasional Royal Thai Police.

Kelebihan lainnya, pesawat terbang N235-220M Multi Purpose Aircraft dilengkapi pintu depan yang bisa dipakai sebagai pintu masuk/keluar untuk VIP/VVIP. Serta pintu belakang khusus yang dibuka alam dan cukup besar untuk dipakai saat operasi terjun payung.

Ryamizard berharap sebagai pengembang industri kedirgantaraan, PTDI terus berinovasi. Mengembangkan keahlian anak-anak bangsa membuat pesawat dengan teknologi yang lebih canggih. Selain itu, Ryamizard mendorong PTDI terus menjalin kerjasama dengan negara lain untuk mempromosikan pesawat buatan Indonesia. Sehingga pemesanan dari negara lain pun semakin meningkat.

"PTDI terus menjalin kerjasama dengan negara lain sebagai wahana untuk mempromosikan pesawat terbang buatan Indonesia," ujarnya.

Pesawat seharga 31 Juta dolar AS ini diterbangkan langsung oleh chief test pilot PTDI Capt. Esther Gayatri Saleh. Pesawat akan mengudara selama lima jam hingga ke tujuan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement