REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pengamat ekonomi dari Universitas Airlangga Surabaya, Jawa Timur, Imron Mawardi mengatakan bisnis di pasar belanja online atau dalam jaringan (daring) mampu bertahan hingga puluhan tahun.
"Pasarnya sangat luar biasa dan akan bertahan sangat lama karena perkembangan teknologi semakin meningkat setiap waktu," ujarnya di sela sarasehan "Komunitas Wartawan Ekonomi Bisnis" di Surabaya, Rabu (26/10).
Menurut dia, perdagangan melalui elektronik di Indonesia merupakan potensi besar karena banyaknya pengguna internet, sekaligus sebagai tempat mencari barang dengan alasan banyak keuntungan.
Keuntungannya, kata dia, tidak hanya pembeli yang tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi maupun waktu, namun juga penjual yang tidak perlu memiliki tempat untuk menjual. "Apalagi harga tempat atau toko di Surabaya ini menurut saya tidak masuk akal, bahkan tidak mencukupi dibandingkan dengan perolehan atau omzet," ucapnya.
Sampai saat ini, lanjut dia, lalu lintas yang mengakses internet dan belanja online tercatat hingga empat juta pengakses, bahkan diprediksi semakin itnggi di masa mendatang.
Di tempat sama, Direktur Utama PT Falent Indonesia Martono menyampaikan sesuai hasil survei 2016 Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia sebanyak 132,7 juta orang dari total populasi penduduk di Tanah Air sebanyak 256,2 juta orang.
"Dari data tersebut, sebanyak 82,2 juta atau 62 persennya mengakses belanja online. Ini menunjukkan besarnya potensi perdagangan melalui elektronik," katanya.
Sementara itu, Head of Bussiness Partner Bukalapak.com Rahmat Danu Andika mengaku optimisme tumbuhnya wirusaha muda dengan banyaknya perdagangan elektronik karena dukungan teknologi. "Jual beli online menjadi pintu gerbang UMKM Indonesia untuk lebih besar dan mendunia," katanya.
Ia memisalkan, yang menjual produknya di Bukapalak sebesar sejuta dengan hits per hari kisaran empat juta sehingga menjadikannya sebagai pasar terbesar di Asia Tenggara.