REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jumlah pekerja asing di Jepang meningkat hingga dua kali lipat sejak delapan tahun terakhir. Meski begitu jumlahnya masih relatif kecil.
Jumlah pekerja asing di Jepang melonjak dari sekitar 486 ribu orang pada 2008 menjadi hampir 908 ribu orang pada 2015. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe sedang mempertimbangkan kebijakan untuk mempercepat kedatangan pekerja asing.
Kebijakan pemerintah Jepang akan memungkinkan lebih banyak pekerja asing terampil untuk bekerja di Negeri Sakura tersebut. Ini dikarenakan perusahaan di Jepang sedang berjuang mengisi posisi dengan tingkat pengangguran terendah di antara negara anggota Kelompok G-7.
Abe menegaskan kebijakan Jepang memberikan izin tinggal permanen untuk para imigran tidak terampil bukanlah suatu pilihan. Hal tersebut justru mencerminkan ketakutan bersejarah antara orang-orang Jepang dan asing yang akan menimbulkan gejolak sosial dan mengikis identitas nasional.
"Di Jepang, kata 'imigran' tidak digunakan dalam pembuatan kebijakan," kata mantan Menteri Ekonomi Jepang Heizo Takenaka seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (26/10).
Seorang anggota parlemen dan penasihat Abe, Masahiko Shibayama, mengatakan pemerintah akan menghadirkan program visa lima tahun bagi pekerja asing untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja di sejumlah sektor industri di Jepang. Namun meningkatnya industri pariwisata Jepang baru-baru ini telah menimbulkan pertanyaan berapa banyak pekerja asing harus berada di sana.
"Untuk orang-orang biasa, mereka melihat peningkatan pesat dalam wisatawan asing dan mereka melihat lebih banyak orang asing di pusat kota sehingga tidak aneh ada yang berpikir apakah baik peningkatan wisatawan asing sebanyak ini?," ujar Shibayama.
Shibayama mengatakan sangat penting untuk membangun budaya yang menerima pekerja asing. Namun, dalam kasus Jepang, itu akan benar-benar berbeda dari sejumlah besar pengungsi yang pergi ke Eropa.
Arus pekerja asing telah menjadi salah satu isu politik di seluruh dunia, termasuk kampanye pemilihan Presiden Amerika Serikat dan Keputusan Inggris meninggalkan Uni Eropa. Di Jepang, imigran disebut-sebut sebagai salah satu solusi jelas untuk menghadapi tantangan demografi dan ekonomi. Pemerintah memproyeksikan penduduk Jepang yang saat ini mencapai 127 juta akan menyusut sebesar 19 juta orang pada 2040.
Gubernur Bank Sentral Jepang Haruhiko Kuroda mengatakan Jepang memerlukan tenaga kerja asing untuk mencapai pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan. Jepang membutuhkan bantuan sekarang.
Sebuah survei tenaga kerja 2015 menemukan bahwa 83 persen dari manajer perekrutan Jepang mengalami kesulitan mengisi pekerjaan, dibandingkan dengan rata-rata global 38 persen.
Abe berjanji menyediakan jalan tercepat bagi pekerja asing terkait izin tinggal permanen. Saat ini, seseorang baru diperbolehkan tinggal permanen setelah tinggal di Jepang selama 10 tahun berturut-turut.