REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk membukukan penurunan laba sebesar 17,6 persen (yoy) atau sebesar Rp 12 triliun dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 14,6 triliun. Namun, apabila belum dikurangi pencadangan, laba perseroan masih tumbuh 16,4 persen dari Rp 27,4 triliun pada periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 31,9 triliun.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo menuturkan, perseroan memutuskan untuk menambah pencadangan sebagai antisipasi dari peningkatan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL).
"Laba bersih kami memang masih turun karena memang pencadangan masih meningkat, ini masih menjadi isu utama kami," ujar Kartika di Plaza Mandiri, Jakarta, Selasa (25/10).
Hingga kuartal III, perseroan menambah pencadangan sebesar Rp 15,91 triliun, naik 87,4 persen (yoy) dibanding tambahan pencadangan yang dikeluarkan perseroan periode yang sama tahun lalu. Adapun rasio NPL Bank Mandiri yakni sebesar 3,69 persen.
Menurut Kartika, pencadangan hingga akhir tahun perseroan masih terus cukup besar. Perseroan berupaya mendorong kredit produktif dan menekan penyaluran kredit yang menjadi penyebab NPL tinggi. Hal ini diyakini akan dapat menurunkan biaya pencadangan pada tahun depan dan berdampak pada pertumbuhan laba yang normal.
Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) bank dengan logo pita emas ini pada Kuartal III senilai Rp 690,5 triliun dari Rp 654,6 triliun pada tahun sebelumnya. Dari pencapaian tersebut, total dana murah yang terdiri dari giro dan tabungan mencapai Rp 437,3 triliun, yang terutama didorong oleh peningkatan tabungan.
Untuk rasio keuangan, margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) naik dari 5,81 persen menjadi 6,54 persen, pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) sebesar 90,2 persen, dan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) sebesar 22,6 persen.