Selasa 25 Oct 2016 13:36 WIB

Supaya Gas Mengalir Sampai Jauh

Rep: Friska Yolandha/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas perusahaan Gas Negara (PGN) melakukan pengecekan meteran saluran pipa gas di Perumahan Permata Harjamukti, Cirebon, Jawa Barat, Senin (17/10).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Petugas perusahaan Gas Negara (PGN) melakukan pengecekan meteran saluran pipa gas di Perumahan Permata Harjamukti, Cirebon, Jawa Barat, Senin (17/10).

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Masih terbayang oleh Yuni Resdianti masa-masa mengantre dan berburu tabung gas di kotanya. Saat kelangkaan terjadi, Yuni harus mencari tabung gas berkeliling kota.

Memperoleh gas elpiji tidak selalu mudah. Kalau sudah langka, tabung gas melon tersebut bak harta karun yang diburu warga. Kalaupun ketemu, harganya jauh di atas harga eceran tertinggi.

Namun, itu sudah dua tahun lalu. Kini, perempuan 41 tahun itu sudah tidak lagi pusing memikirkan ke mana akan mencari gas melon jika pasokannya di pasaran berkurang.

Sejak 2014, Yuni telah beralih menggunakan gas alam yang dipromosikan oleh Perusahaan Gas Negara (PGN). Yuni adalah satu dari tiga ribuan warga Kota Cirebon yang mengikuti program pemasangan jaringan gas (jargas) di kota tersebut.

Warga Kompleks Permata Harjamukti, RT 05 RW 14, Kelurahan Kalijaga, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon ini mengaku banyak perbedaan yang ia rasakan sejak beralih menggunakan gas alam. Perbedaan itu terutama dari segi biaya yang harus ia keluarkan untuk kebutuhan dapur.

Saat memakai tabung gas elpiji tiga kilogram, pengeluaran perempuan berkerudung ini setiap bulannya mencapai Rp 90 ribu. "Setiap bulan habis sekitar tiga tabung gas melon," ujar Yuni saat ditemui di kediamannya, belum lama ini.

Setelah menggunakan gas alam, biaya operasional untuk keperluan gas menyusut pesat, yaitu hanya Rp 23 ribu hingga Rp 25 ribu per bulan. Nilai ini diakuinya meningkat sesekali pada momen tertentu seperti hari raya karena kebutuhan gas ikut meningkat untuk keperluan memasak.

Yuni mengaku sempat khawatir saat pertama kali menggunakan gas alam. Pasalnya, gas alam dialirkan ke kompor menggunakan jaringan pipa yang tertanam di tanah dan melalui kamar tidur rumahnya. Namun, setelah diberi pemahaman oleh petugas PGN, kekhawatiran Yuni sirna.

"Sebelum pemasangan, warga diberi pengarahan soal keamanannya, jadi sudah tidak khawatir lagi," ujarnya. Petugas dari leak survey pun rutin mengontrol jaringan gas sehingga warga merasa aman.

Karena menggunakan jaringan gas yang kontrol tekanannya terpusat, Yuni mengatakan, pernah terjadi kemacetan aliran gas. Namun, hal itu jarang sekali terjadi. Selain itu, sebelumnya sudah ada pengumuman dari PGN agar warga dapat melakukan antisipasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement