REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Para ahli industri mengatakan pemangku kepentingan dalam ekonomi Islam dinilai perlu memperhatikan potensi anak muda dan membangun ekosistem start up.
“Ekosistem start up penting untuk membangun perusahaan yang bernilai miliaran dolar,” kata pendiri Salaam Bank Dustin Craun saat menghadiri Global Islamic Economy Summit di Dubai pekan lalu.
Craun mengklasifikasikan setidaknya ada empat kategori yang bisa disasar oleh teknologi start up. Yaitu, umat Islam yang bekerja dalam perusahaan teknologi internasional, teknologi start up yang menargetkan konsumen Muslim untuk layanan reguler seperti aplikasi Alquran digital, start up layanan khusus seperti lokasi restoran halal serta start up yang menyasar proyek sosial dengan menggunakan branding Islam namun beroperasi di negara non-Muslim.
Menurut Craun, ada beberapa penyebab ekosistem start up di dunia Islam belum berkembang karena umat Islam sendiri belum bersatu. Selain itu, perbankan syariah selama ini belum melirik segmen anak muda dan masih berfokus pada kalangan yang lebih tua. Padahal bank-bank konvensional telah mulai meluncurkan produk yang menggaet kalangan anak muda seperti aplikasi dan produk digital.
Dilansir Albawaba, Selasa (18/10), Muslim memiliki potensi 1,7 miliar konsumen yang belum dimanfaatkan. Namun, baru sekitar satu persen dari negara-negara Muslim yang melakukan perdagangan secara online.