REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pemerintah diingatkan untuk mempersiapkan diri adanya peningkatan kelas ekonomi menengah secara drastis hingga 2030 mendatang. Alasannya, peningkatan kelas menengah bisa ikut mendongkrak konsumsi dan permintaan sehingga pemerintah harus siap memenuhi konsumsi yang naik.
Peneliti Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Fithra Faisal Hestiadi menilai, bila tidak ada pasokan yang cukup atas permintaan yang melonjak, maka Indonesia terpaksa meningkatkan impor. Hasil survei yang dilakukan oleh McKinsey&Company menunjukkan, tren konsumsi di kota-kota di Indonesia akan terus meningkat seiring tumbuhnya konsumsi, terutama kelas menengah yang diproyeksi berjumlah 74 juta orang pada 2030.
Bahkan dari survei itu yang mengejutkan Gresik muncul jadi salah satu kota dengan pertumbuhan konsumsi tertinggi di antara Jakarta, Bandung, dan Makassar. Gresik dinilai menjadi satu contoh yang cukup mewakili lantaran saat ini hanya memiliki 1,2 juta penduduk dan 60 persen di antaranya adalah kelas menengah yang konsumtif.
Bahkan, keinginan untuk membelanjakan barang oleh masyarakat Gresik dinilai 12 persen lebih tinggi dari masyarakat urban lain di Indonesia. Fithra menilai, kondisi ini merupakan potensi besar untuk menjadi roda pertumbuhan ekonomi. Sektor konsumsi, investasi, dan belanja pemerintah selama ini memang menguasai 80 persen peran penggerak pertumbuhan ekonomi.
Ia melanjutkan, di sisi lain sektor perdagangan ekspor impor justru hanya memiliki peran kurang dari 10 persen dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi. Meski begitu, Fithra menilai bahwa pemerintah tidak perlu lantas memaksimalkan sisi konsumsi untuk menggenjot pertumbuhan dan meninggalkan sektor perdagangan ekspor impor.