REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Samsung Electronics Co mengalami penurunan laba di kuartal III sekitar 2,3 miliar dolar AS setelah menghentikan produksi Galaxy Note 7. Ini menjadi indikasi pertama berapa besar kriris yang akan menimpa perusahaan terbesar di Korea Selatan tersebut.
Awalnya, keuntungan diproyeksikan 5,2 triliun won bukan 7,8 triliun won dalam tiga bulan yang berakhir pada September. Alhasil ini menghapus semua proyeksi laba perusahaan tersebut. Sementara pendapatan akan mencapai 47 triliun won bukan 49 triliun won seperti prediksi awal.
Wakil Pimpinan Samsung Jay Y Lee berjuang melawan kegagalan dari catatan bermasalah Galaxy Note 7 yang terlalu panas dan bisa menimbulkan api. Perusahaan akhirnya menarik produk tersebut untuk memperbaiki masalah. Perusahaan yang berbasis di Suwon ini mengatakan akan menghentikan generasi produksi ponsel tersebut.
"Ini adalah kemunduran besar," ujar analis dari HMC Investment Securites Co Greg Roh seperti dikutip dari Bloomberg.com, Rabu (12/10).
Samsung tidak hanya akan mengalami kerugian penjualan tetapi juga akan menanggung biaya persediaan Galaxy Note 7 untuk komponen yang mereka beli beberapa bulan lalu. "Ini krisis terbesar bagi Samsung Electronics," kata Kepala Investasi di Shinyoung Asset Management Huh Nam Kwonyang.
Menurut Kwonyang, ini bukan hanya sebatas kerugian fisik, namun lebih mengarah kepada 'pukulan' bagi merek perusahaan. "Perusahaan seharusnya lebih berhati-hati dalam menanggapi kasus ini pada awalnya," ujarnya.
Kasus tersebut dinilai menjadi salah satu ujian bagi manajemen Samsung sekaligus menimbulkan pertanyaan mengenai apakah perlu kepemimpinan kuat di perusahaan tersebut. Lee Kun-hee, tetap menjadi pemimpin meskipun ia menderita serangan jantung lebih dari dua tahun lalu dan belum kembali ke perusahaan.
Putranya, Jay Y adalah pewaris perusahaan namun dia belum mampu mengambil jabatan ayahnya lantaran berkaitan dengan adat di Korea. "Mereka memiliki masalah manajemen nyata sekarang," kata Managing Director Market Research Group Shaun Rein.
Menurut Rein, kurangnya pemimpin jelas menghambat pengambilan keputusan.