REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Achmad K Permana mengatakan, pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah masih memiliki tantangan yang besar. Kondisi perekonomian yang masih belum begitu bagus menyulitkan perbankan syariah mencari bisnis yang aman untuk dibiayai.
"Porto folio syariah itu kan 70 persen adalah angsuran, sehingga apabila booking pembiayaan baru tidak lebih dari total angsuran maka akan terjadi negative growth," ujar Permana kepada Republika, Rabu (21/9).
Adanya tantangan tersebut membuat pertumbuhan pembiayaan tidak naik signifikan dan risiko NPF juga semakin besar. Menurut Permana, sebenarnya dengan beberapa aturan relaksasi yang dilakukan oleh Bank Indnonesia dapat membantu menumbuhkan pembiayaan. Akan tetapi, faktor fundamental yakni banyak sekali pembiayaan yang memburuk akibat melemahnya kondisi perekonomian global.
"Ekspor komoditas sumber daya alam dan perkebunan sedang tidak bagus, secara umum kondisi makro juga cenderung tidak lebih bagus sehingga menyebabkan situasi tidak kondusif untuk melakukan pembiayaan," kata Permana.
Sementara itu, NPF untuk Unit Usaha Syariah (UUS) masih cukup aman. Permana mengatakan, NPF di UUS Bank Permata saat ini masih di kisaran 2,8 persen. Namun menurut Permana, hal ini bukan berarti UUS harus disokong oleh bank induk. Apabila bank induk masuk ke bisnis yang pembiayaannya tidak memadai maka akan berpengaruh kepada UUS.