REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengusaha bisnis menengah terkadang banyak ide untuk berinovasi. Namun seringkali mandek atau tersendat di tengah jalan. Bahkan ada pula yang tidak mampu mewujudkan inovasi produknya.
Menurut Chairman Institute for Democracy through Science and Technology Dr Ilham A. Habibie, inovasi berhenti di tengah jalan karena ada 'sesuatu yang hilang' dari konsep sebuah inovasi. "Ada yang mereka lupa," kata Ilham dalam acara Seminar dan Lokakarya Nasional Grassroots Innovation 2016 di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta, Rabu (21/9).
Ilham sebagai pembicara utama dalam seminar tersebut menjelaskan, sebuah inovasi bisa berhasil apabila telah melewati empat unsur, yakni Ideasi, Purnarupa, Industrialisasi, dan Komersialisasi. Untuk melewati empat unsur tersebut memang membutuhkan proses cukup lama.
Bahkan perusahaan-perusahaan besar asal Jepang, Amerika, dan Eropa juga sudah melewati proses tersebut. Tidak sedikit yang berhasil, namun banyak juga yang akhirnya gagal.
Pengusaha kelas menengah sering kali kurang update terhadap hal baru di dunia bisnis. Sementara sebuah inovasi identik dengan melihat masa depan. Agar tidak ketinggalan, sebuah bisnis UKM perlu membentuk 'cluster' atau klaster. Di dalam klaster terdiri dari pelaku UKM, akademisi, dan komunitas.
Populasi tersebut akan terus menambah informasi sehingga tak akan pernah terputus. Pentingnya sebuah UKM bergabung dengan komunitas agar mengetahui isu dan kabar terkini dari permintaan pasar.
UKM juga tidak boleh melupakan peran akademisi dalam memajukam usahanya. Sebab, berbicara mengenai inovasi produk tidak akan pernah lepas dari unsur Teknologi, Toleransi, dan Talenta. Para akademisi tersebut merupakan talenta paling baik bagi para UKM.
Usaha bisa berkembang berkat sebuah kreativitas dari talenta terbaik. "Akademisi ini tidak harus melihat level pendidikan," jelas Ilham. Belum tentu seorang lulusan sarjana bisa lebih matang menyiapkan prototipe daripada seorang lulusan SMK.
Talenta bisa berasal dari berbagai kalangan akademisi. Saat ini UKM Indonesia yang merangkul komunitas dan akademisi memang belum banyak. "Harus ada yang memulainya," lanjut Ilham.
Kerja sama antara komunitas dan akademisi tersebut memang bisa berjalan lebih cepat ketika ada peran pemerintah di dalamnya.