REPUBLIKA.CO.ID, VIENTIANE -- Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, adanya perjanjian perdagangan bebas regional atau Regional Free Trade Agreement (FTA) dapat berkontribusi terhadap perdagangan global dan sistem perdagangan multilateral.
"Perjanjian-perjanjian ini dirundingkan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang ada di WTO. Jadi dalam penerapannya, kami yakin FTA dan WTO tidak akan bertabrakan," kata Enggartiasto dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (6/9).
Hal tersebut disampaikan Enggartiasto dalam dalam paparannya pada ASEAN Business and Investment Summit (ABIS) 2016 di Hotel Muang Thanh, Vientiane, Laos. Menurutnya, beberapa perjanjian FTA seperti Trans-Pacific Partnership (TPP), North American Free Trade Agreement (NAFTA), Pacific Alliance, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan kerja sama yang saling melengkapi dan berkontribusi terhadap perdagangan global dan sistem perdagangan multilateral.
Enggartiasto berada di Laos pada 5-8 September untuk menghadiri ASEAN Summit 2016. Selain menghadiri pertemuan ABIS 2016. Menteri Perdagangan juga melakukan pertemuan dengan para importir dan eksportir Laos yang tertarik berbisnis dengan Indonesia.
FTA regional, kata Enggartiasto, dapat membantu mengatur hal-hal yang belum dimuat dalam perjanjian WTO. Perjanjian WTO yang dibuat bertahun-tahun silam tidak dapat mengadopsi perubahan-perubahan akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat pada beberapa dekade terakhir.
"Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuka peluang dan tantangan baru, yang belum diantisipasi 20 atau 30 tahun lalu. Jika hal ini dijadikan pertimbangan lalu dimasukkan ke dalam FTA, perdagangan regional dan global akan terfasilitasi lebih baik," ujar Enggartiasto.
Dalam kesempatan tersebut, dirinya juga menaruh perhatian terhadap Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA merupakan contoh FTA regional yang tidak hanya berusaha menciptakan perdagangan bebas, tetapi juga menciptakan perdagangan yang adil bagi negara-negara anggotanya.
"MEA mampu mengajak serta negara-negara anggota ASEAN yang kurang berkembang, lalu memberikan perlakuan khusus sehingga negara-negara tersebut juga dapat memperoleh manfaat dari MEA," kata Enggartiasto.
Selain itu, Enggartiasto juga menaruh perhatian terhadap perundingan RCEP yang diniscayakan tahun depan akan dapat diselesaikan. RCEP merupakan perjanjian sepuluh negara anggota ASEAN dengan enam negara Mitra FTA ASEAN seperti Republik Rakyat Tiongkok, Jepang, Korea, India, Australia dan Selandia Baru.
RCEP mencakup pasar sebesar 3,4 miliar jiwa, atau 45 persen penduduk dunia dengan Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 22,4 triliun dolar AS atau 30,6 PDB dunia pada tahun 2015.
Sebelum menghadiri pertemuan ABIS 2016, Enggartiasto juga menyempatkan diri melakukan pertemuan dengan sejumlah eksportir-importir dari Laos. Pelaku usaha Laos yang ikut serta dalam pertemuan tersebut antara lain Newton International, ST Group, dan perwakilan UKM Laos.
Enggartiasto mengharap adanya peningkatan hubungan dagang kedua negara, dengan tindak lanjut berupa business matching antara pengusaha kedua negara, baik di Indonesia maupun di Laos. Selain itu, dia juga mengundang para pengusaha Laos untuk berpartisipasi dalam Trade Expo Indonesia (TEI) 2016 yang akan diselenggarakan pada 12-16 Oktober 2016 mendatang.