REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Permintaan dunia kerja untuk keahlian mengelola big data yang tumbuh cepat di era digital dinilai akan mempercepat masyarakat Indonesia mengembangkan industri e-commerce dan bersaing dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
"Bekerja dengan big data dan mengembangkan wawasan yang ada untuk mengubahnya menjadi suatu nilai merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan di Indonesia dan organisasi global untuk menjadi lebih kompetitif," ungkap akademisi dari University of Technology Sydney (UTS) Dr Wayne Brookes kepada pers di Jakarta, Kamis (18/8).
Brookes mengatakan, di Indonesia, big data masih merupakan industri yang sangat baru, tetapi aplikasi mobile dan layanan pemerintah saat ini sudah mulai mengembangkan strategi big data. "Hal ini berarti masyarakat Indonesia yang memiliki kemampuan dalam bidang ini akan berada pada barisan terdepan dalam tren global," katanya.
Big data merupakan perkembangan baru di industri teknologi informasi yang memungkinkan proses pengolahan, penyimpanan dan analisis data dalam beragam bentuk format, berjumlah besar. International Data Corporate memprediksi bahwa pendapatan global dari big data dan analisis bisnis akan bertumbuh hingga lebih dari 187 miliar dolar AS dalam tiga tahun mendatang.
Skala data ini sangat besar dengan penemuan riset bahwa data sebesar 2,5 quintillion bytes akan ditambahkan pada global pool di setiap data harian. Data ini dikumpulkan dari sumber yang beragam, seperti sensor pemantauan iklim, situs media sosial, gambar digital dan video, pembelian dan transaksi online dan ponsel.
Dengan perkembangan big data yang sangat cepat, seorang insinyur data atau ilmuwan data akan sangat diminati dalam dunia pekerjaan, pendapatan dan kesempatan untuk berkarir.