Sabtu 06 Aug 2016 10:37 WIB

Reshuffle Kabinet Dukung Kinerja Positif IHSG di Awal Agustus

Red: Nur Aini
 Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis(28/7). (Republika/ Tahta Aidilla)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis(28/7). (Republika/ Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat pasar modal Muhammad Alfatih menilai bahwa salah satu faktor yang masih mendukung kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia positif yakni reshuffle atau perombakan susunan Kabinet Kerja pada 27 Juli 2016.

"Tren naik IHSG didukung oleh banyak faktor yang cukup kuat, salah satunya faktor Sri Mulyani Indrawati dalam kabinet. Ada faktor kepercayaan di pasar," ujar Muhammad Alfatih yang juga Vice President at PT Samuel Sekuritas Indonesia di Jakarta, Jumat.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang pekan ini atau periode 1-5 Agustus 2016, IHSG membukukan kenaikan sebesar 3,92 persen ke posisi 5.420,25 poin dibandingkan pekan sebelumnya di 5.215,99 poin. Ia menambahkan bahwa sentimen positif dari dalam negeri lainnya yang juga turut mendukung kinerja positif IHSG, yakni kebijakan amnesti pajak, inflasi yang terjaga di level rendah, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang di atas ekspektasi.

Ia juga mengatakan bahwa pemerintah yang saat ini sedang melakukan penyesuaian terhadap postur penerimaan dan belanja negara agar APBN dapat lebih kredibel serta sesuai dengan kondisi perekonomian terkini juga dinilai positif pasar. "Anggaran yang dibuat kan dengan target sangat optimistis di tengah pelambatan ekonomi sehingga perlu didiskon kembali oleh Sri Mulyani, harapannya tentu untuk menyehatkan dan diapresiasi positif pasar," katanya.

Di sisi lain, kata dia, juga didukung oleh harga komoditas dunia yang sejak awal tahun ini cenderung naik sehingga berdampak positif terhadap kinerja perusahaan tercatat atau emiten di BEI. "Harga minyak mentah dunia naik dari 25 dolar AS per barel ke 40-50 dolar AS per barel, kenaikan minyak itu mendorong harga komoditas naik seperti batubara dan perkebunan. Kondisi itu juga tercermin pada emiten-emiten konsumer yang membukukan penjualannya naik. Naiknya juga bukan hanya harga tetapi juga dari volume," ujarnya.

Di tengah kondisi yang positif itu, Muhammad Alfatih memproyeksikan IHSG BEI berpotensi menuju 5.750 poin. Proyeksi itu berpotensi dicapai dalam tren jangka panjang hingga akhir akhir tahun ini. "Saat ini tren IHSG sedang naik, jangan dulu berpikir tren turun. Namun harus tetap waspada karena sehingga juga harus mempersiapkan kondisi menghadapi risiko," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan bahwa kondisi domestik yang kondusif saat ini akan mendorong IHSG BEI lebih tinggi, apalagi dana investor asing masih terus masuk ke pasar saham dalam negeri. "Salah satunya yang mendorong indeks BEI karena kepercayaan. Aliran dana asing sejak awal tahun sudah net buy lebih dari Rp 32 triliun. Investor domestik jangan ketinggalan," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement