Jumat 05 Aug 2016 15:12 WIB

BPS: Bisnis Pertambangan Indonesia Masih Lesu

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nur Aini
Pertambangan (ilustrasi)
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Pertambangan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pelemahan industri sektor pertambangan dan penggalian pada kuartal II 2016. Padahal, pertumbuhan ekonomi kuartal II 2016 mampu tumbuh 5,18 persen (yoy).

Sejumlah sektor seperti pertanian, kehutanan, perikanan, perdagangan, industri, dan konstruksi tercatat tumbuh. Peningkatan ini juga dikarenakan sejumlah komoditas yang menjadi bahan ekspor Indonesia harga jualnya mulai membaik. Namun, pertumbuhan tersebut belum berlaku bagi sektor pertambangan. Industri pertambangan masih mengalami kelesuan karena harganya yang belum meningkat‎.

"‎Pertumbuhan terjadi pada hampir semua lapangan usaha kecuali pertambangan dan penggalian yang mengalami kontraksi 1,01 persen," kata Kepala BPS Suryamin dalam konferensi pers, di Jakarta, Jumat (5/8).

Dari laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) menurut lapangan usaha, jasa keuangan, dan asurani menjadi jenis lapangan usaha yang mengalami peningkatan sebesar 13,51 persen year on year (Yoy). Jenis usaha di bidang informasi dan komunikasi menjadi‎ sektor kedua terbesar dengan pertumbuhan 8,47 persen dan transportasi serta pergudangan 6,81 persen.

Penurunan sektor pertambangan ini pun kemudian berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan dan Papua. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan dalam kuartal II 2016 hanya naik 1,13 persen (yoy). Sedangkan pertumbuhan ekonomi di Papua justru minus 1,57 persen‎.

"Kalimantan kan ada migas dan non migas. Karena minyak dan komiditas lain lagi drop jadi laju pertumbuhannya terhambat. Kalau Papua kan kalian tahu sendiri punya tambang yang besar," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement