Senin 01 Aug 2016 08:21 WIB

Pelabuhan Tanjung Priok Macet Parah, INSA‎ Minta Pelayanan Ditingkatkan

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Nidia Zuraya
Aktifitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok,Jakarta. (Republika/Tahta Aidilla)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Aktifitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok,Jakarta. (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) ‎optimistis kemacetan di dalam pelabuhan Tanjung Priok‎, Jakarta yang disebabkan kepadatan arus petikemas akan dapat diatasi oleh PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II ‎selaku badan usaha milik negara (BUMN) yang pengelola pelabuhan tersebut.

Ketua Umum Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) Carmelita Hartoto mengatakan bahwa kepadatan arus peti kemas ini terjadi dikarenakan persaingan usaha dan hal ini biasa terjadi. Mungkin ada satu pengelola terminal peti kemas memberikan tarif dan layanan yang bagus sehingga pemiliki peti kemas senang menggunakan jasa mereka. 

"Untuk ini kami mengharapkan para pengelola peti kemas meningkatkan pelayanan, bukan hanya memberikan tarif yang lebih murah namun juga memberikan pelayanan yang cepat, tepat‎ dan memuaskan," kata Carmelita dalam keterangan tertulisnya, Senin (1/8).

Saat ini ‎di Pelabuhan Priok terdapat empat fasilitas terminal peti kemas ekspor impor yang dikelola Jakarta International Container Terminal (JICT), TPK Koja, Mustika Alam Lestari (MAL) dan Terminal 3 Tanjung Priok. Namun, terdapat perbedaan tarif penanganan petikemas di Terminal 3 Tanjung Priok dan tiga terminal lainnya yaitu JICT, TPK Koja dan MAL.

Adapun besaran tarif terminal handling charges (THC) di Terminal 3 sebesar 95 dolar AS per kontainer. Dari jumlah itu, sebesar 73 dolar AS adalah biaya container handling charges (CHC) yang dibebankan oleh pengelola terminal dan sisanya atau 22 dolar AS merupakan surcharges pelayaran.

Sedangkan jika di JICT,TPK Koja dan MAL dengan THC 95 dolar AS per peti kemas ukuran 20 feet, pelayaran hanya menikmati surcharges 12 dolar AS per boks dan selebihnya atau 83 dolar AS merupakan CHC yang diperoleh pengelola terminal peti kemas.

"Dan dengan terjadi perbedaan tarif antara satu pengelola peti kemas kami melihat masih ada peluang agar THC untuk diturunkan. Hal ini agar bisa menekan biaya logistik sekaligus menarik minat pelanggan," katanya.  

Seperti yang diketahui, sejak Sabtu (30/7)‎ pagi hingga Ahad (31/7) ratusan truk pengangkut peti kemas ekspor impor terlihat mengular sehingga menyebabkan kemacetan di dalam pelabuhan tersibuk di Indonesia itu yang berpotensi kongesti. Kondisi semakin diparah karena gate in dan gate out di Terminal 3 Priok hanya disiapkan  masing-masing satu gate

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement