REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga komoditas bawang merah konsisten melangit pasca-Lebaran. Harga rata-rata di pasar kawasan Jakarta per Kamis (21/7) Rp 47.139 per kilogram (kg). Harga tersebut naik Rp 790 dibandingkan hari sebelumnya.
Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia Ikhwan Arif menyebut, sejumlah faktor memengaruhi harga tinggi. Salah satunya disebabkan harga benih bawang merah yang melambung.
"Sejak dua bulan lalu harga benih tinggi, Rp 60 ribu per kilogram, meski sekarang ada penurunan menjadi Rp 40 ribu-Rp 50 ribu, masih tetap tinggi," kata Ikhwan kepada Republika, Kamis (21/7).
Sementara, biaya produksi tidak hanya mengandalkan benih semata. Petani juga harus mengeluarkan biaya perawatan dan pengupahan tenaga kerja. Asosiasi berharap pemerintah dapat menekan harga benih menjadi Rp 15 ribu-Rp 20 ribu per kg tanpa mengabaikan kualitas.
Kendala petani selanjutnya sehingga berdampak pada melambungnya harga bawang yakni produksi panen yang tidak maksimal. Hal tersebut utamanya disulut oleh perubahan iklim dan kemarau basah. Berdasarkan pantauan di lapangan, hasil panen di sejumlah lokasi berukuran sedang, tidak besar.
Sehingga rata-rata produksi kurang dari 10 ton per hektare sebagaimana dicita-citakan pemerintah. "Kenyataannya cuma delapan ton per hektare, jadi Kementerian dan BPS harus kaji lagi soal estimasi produksi bawang," tuturnya.
Gangguan berikutnya yakni keberadaan penyakit tanaman seperti jamur, bakteri dan miktoba pada tanaman bawang. Akibatnya, sekitar 5-10 persen petani bawang mengalami gagal panen terutama pwtani di wilayah Jawa Tengah.
Di sisi lain, permintaan konsumen pasca-Lebaran melonjak. Orang-orang desa yang telah menyelesaikan ritual mudik mulai kembali ke ibu kota dan mulai berbelanja. Serbuan tersebut memengaruhi harganya yang melambung.
Sementara di daerah, momen seusai Lebaran kerap digunakan untuk merayakan pesta pernikahan dan syukuran lainnya sehingga permintaannya juga meningkat. Ikhwan pun berharap pemerintah tanggap memberi solusi yang menyenangkan konsumen maupun petani.