REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Keputusan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa diyakini tak bakal berpengaruh terhadap harga minyak dunia. Gubernur Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk Indonesia Widhyawan Prawiraatmaja menjelaskan pasca-Brexit memang sempat terjadi penurunan harga minyak dunia. Namun ia meyakini bahwa hal ini sebatas efek psikologis saja.
"Ini kan keluarnya baru dua tahun setelah itu. Ini efek psikologis saja. Dari segi minyak enggak ada," kata Widhyawan saat ditemui di kantornya, Senin (27/6).
Hanya saja, Widhyawan menyebutkan ada satu hal yang memng perlu diwaspadai yakni penguatan mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Ia mencatat, penguatan dolar AS memiliki kecenderungan untuk diikuti oleh penurunan harga minyak dunia.
"Lebih karena mata uangnya, maka jadi begitu (turun 2 dolar) tapikan itu sementara, kan biasa kalau harga dolar menguat harga minyak turun, kalau dolar lemah minyak naik, tapi kan ini psikologis aja, sementara saja, nanti juga balik lagi," kata dia.
Mengenai investasi di sektor migas oleh Inggris serta kerja sama yang telah dijalin antara Indonesia dengan Inggris, Widhyawan juga berharap tidak bakal banyak berpengaruh. Alasannya, Brexit hanya mengubah skema kerja sama dari yan sebelumnya harus melalui Uni Eropa kini bisa langsung ke Inggris. Ia menyebutkan saat ini masih terlalu dini untuk bisa menganalisis dampak jangka panjang atas Brexit kepada sektor migas.