REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai, dampak dari hasil referendum Inggris yang menyatakan keluar dari Uni Eropa atau Brexit terhadap pasar keuangan Indonesia hanya sementara.
Meski hanya sementara, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida menyebutkan, dampak ini belum dapat dipastikan akan terjadi berapa lama. "Tergantung bagaimana respons masing-masing pasar, tapi pada saat equilibrium sudah terbentuk lagi, nah itu akan terjadi kestabilan lagi di pasar," ujar Nurhaida di Jakarta, Senin (27/6).
Baca: Akibat Brexit, Rupiah Melemah dan Inflasi Bisa Naik
Berdasarkan data Bloomberg, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada awal perdagangan hari ini dibuka melemah 30,52 poin atau turun 0,63 persen di level 4.804,05 dari 4834,5. Pelemahan ini, kata Nurhaida, masih merupakan dampak dari hasil referendum Inggris.
"Keputusannya kan baru minggu lalu, sehingga dampaknya hari ini masih terasa. Barangkali investor itu adjust portfolionya, tapi minggu kemarin walaupun indeks kita turun 0,82 persen tapi secara transaksi asing itu nett buy, kita lihat lagi perkembangannya hari ini seperti apa," tutur Nurhaida.
Sebelumnya jajak pendapat atau referendum posisi Inggris di Uni Eropa berhasil di gelar, dimana sebanyak 51,85 persen penduduk Inggris sepakat untuk meninggalkan Uni Eropa. Keadaan ini berdampak pada pasar finansial global, di Indonesia juga berdampak pada penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 0,82 persen.
"Di kita penurunan indeks itu sekitar 0,82 persen, tapi di negara lain bisa lebih besar, kita lihat lagi hari ini bagaimana. Tapi pada dasarnya di market itu ingin melihat kepastian, kondisi yang jelas. Barangkali dengan Brexit ini masih ada yang belum jelas di market sehingga masih ada saham yang naik dan turun," jelas Nurhaida.
Menurutnya pada kondisi tersebut, sebenarnya Indonesia memiliki pasar yang cukup matang, sehingga penurunannya tidak signifikan. Bahkan pada hari-hari sebelumnya, kata Nurhaida, IHSG bisa turun 0,1 persen atau 0,8 persen.
"Jadi dampaknya tidak separah seperti Nikkei yang turunnya luar biasa. Tapi kita lihat apakah Nikkei di Jepangnya ada faktor-faktor lain. Di kita penurunan 0,82 persen berarti market kita sudah mengantisipasi lebih awal," katanya.