REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK --Pilihan mengejutkan Inggris meninggalkan Uni Eropa memicu aksi jual minyak besar-besaran pada Jumat waktu New York atau Sabtu (25/6) pagi WIB. Harga minyak mentah anjlok sekitar lima persen di tengah kekhawatiran pertumbuhan global dapat melambat lebih lanjut.
Para analis mengatakan bahwa investor minyak mentah juga beralih ke aset-aset yang lebih aman setelah pilihan Brexit atau keluar dari Uni Eropa mendorong volatilitas besar di seluruh pasar-pasar. Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus, jatuh 2,47 dolar AS menjadi berakhir di 47,64 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus, patokan global, turun 2,50 dolar AS menjadi menetap pada 48,41 dolar AS per barel. Harga minyak mentah merosot karena pilihan Brexit mendorong penghindaran risiko besar-besaran di kalangan investor di tengah melonjaknya kekhawatiran tentang dampak Brexit di Inggris dan ekonomi zona euro.
Kubu "Tinggalkan" Uni Eropa memenangkan referendum Brexit Inggris pada Jumat pagi, dengan mendapatkan hampir 52 persen suara, menarik negara itu keluar dari blok 28 negara Uni Eropa (UE) setelah menjadi anggota selama 43 tahun.
Pilihan Brexit mendorong tingkat baru ketidakpastian ke pasar, dengan para ekonom memperkirakan bahwa perpecahan akan memukul ekonomi Inggris secara signifikan, mungkin mendorongnya ke dalam resesi tahun depan, dan menyeret turun pertumbuhan Eropa secara keseluruhan.
"Resesi menyebabkan harga minyak rendah dan pecahnya Inggris dengan Uni Eropa menimbulkan kekhawatiran resesi di Eropa," kata James Williams dari WTRG Economics.
Namun, Tim Evans dari Citi Futures memperingatkan bahwa pergerakan pasar minyak pada Jumat hanya reaksi awal dan tidak penyesuaian harga penuh terhadap keputusan Inggris. Dia memperkirakan harga minyak mentah masih berpotensi meningkat tahun ini.
"Kami pikir kepercayaan telah terguncang dan bahwa kurangnya pengetatan secara fisik terpapar oleh penurunan awal, menyebabkan gelombang penjualan lebih lanjut," kata Evans.
Matt Smith dari ClipperData menunjukkan bahwa persediaan Saudi telah mengalami kontraksi lebih tajam dalam enam bulan terakhir daripada rekor kapanpun. Di Amerika Serikat, jumlah rig pengeboran minyak aktif turun tujuh rig menjadi 337 rig setelah bertambah selama tiga minggu berturut-turut. Jumlah rig ini merupakan indikator produksi di masa yang akan datang.
"Kami mulai melihat penurunan produksi minyak dunia dengan penurunan alami, kurangnya pengeboran baru dan perselisihan," kata Williams.
Harga minyak juga mengalami tekanan dari dolar AS yang lebih kuat. Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, naik 1,78 persen menjadi 95,197 pada akhir perdagangan. Para analis mengatakan kemungkinan penghindaran risiko yang lebih tinggi akan membuat sulit bagi harga minyak untuk mendapatkan kembali 50 dolar AS per barel dalam waktu dekat.