Rabu 15 Jun 2016 16:56 WIB

Cina dan Thailand Sumbang Defisit Perdagangan Terbesar Indonesia

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nur Aini
Ekspor Impor (ilustrasi)
Foto: Republika
Ekspor Impor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Badan Pusat Statistik‎ (BPS) merilis neraca perdagangan ekspor-impor nonmigas dengan sejumlah negara yang menjadi tujuan jual beli Indonesia. Dari 13 negara yang sering melakukan ekspor-impor, Cina dan Thailand menjadi dua negara yang sangat menguras fiskal pemerintah. Dua negara ini mampu membuat neraca perdagangan minus 10 miliar dolar AS.

Kepala BPS Suryamin mengatakan,‎ untuk perdagangan nonmigas secara kumulatif selama 2016 mengalami surplus 4,313 miliar dolar AS. Peningkatan ini dikarenakan ekspor nonmigas ke Amerika dan India mengalami peningkatan cukup signifikan. Selain itu Indonesia juga mampu menjaga neraca perdagangan ke sejumlah negara di Uni Eropa dan Asia tetap surplus.

"Di Uni Eropa kita hanya kalah dari Jerman yang mampu menekan kita menjadi defisit 155 juta dolar AS. Belanda juga surplus dikit. Ini mungkin karena perekonomian di Eropa juga mulai membaik," ujarnya di Jakarta, Rabu (15/6).

Suryamin menilai pertumbuhan neraca perdagangan nonmigas belum menujukkan performa baik. Apalagi dua negara yaitu Thailand dan Cina mampu menekan Indonesia dalam neraca perdagangan. Cina berhasil membuat defisit di angka 7,389 miliar dolar AS, sedangkan Thailand 1,941 miliar Dolar AS.

"Pemerintah seharusnya bisa melakukan upaya agar tidak melakukan impor atau meningkatkan ekspor ke negara ini. Sehingga neraca perdagangan dengan dua negara ini bisa lebih terjaga," ujar Suryamin.

Meski demikian, Suryamin melihat bahwa perluasan pasar nonmigas di luar negara tujuan utama seperti negara-negara di Afrika, Amerika Selatan, dan Asia Tengah. Hal ini terlihat dari neraca perdagangan yang mencapai 6,6784 miliar dolar AS.

Dengan peningkatan neraca perdagangan di luar negara tujuan, Suryamin berharap pemerintah bisa lebih serius meningkatkan jual beli ke negara tersebut. Karena negara-negara ini bisa berpotensi memperluas pangsa pasar di tengang perekonomian global yang tengah turun.

Perbaikan dalam nonmigas ini juga diharap bisa memperbaiki negara perdagangan ke depan. Sebab sejauh ini nilai ekspor migas masih kalah dibandingkan impor. Dari data yang dimiliki BPS, total perdagangan migas justru minus 1,6172 miliar dolar AS. Defisit perdagangan migas membuat pemerintah baru bisa surplus 2,696 miliar dolar AS dari Januari-Mei 2016‎.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement