REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) memperkirakan pertumbuhan laba bersih perusahaan pada tahun 2016 akan mengalami perlambatan menyusul penurunan harga pupuk dan amoniak di pasar internasional.
"Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba bersih, selain penurunan harga pupuk, juga fluktuasi nilai tukar rupiah, pasokan gas," kata GM Keuangan Korporat & Perbendaharaan Pupuk Indonesia, Rochan Syamsul di Jakarta, Senin (13/6).
Menurut dia, sampai dengan April 2016 laba bersih mencapai Rp 1,7 triliun, sehingga jika dikali tiga atau dalam setahun akan mencapai Rp 5,1 triliun, naik dibanding target perseroan dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2016 sebesar Rp 5,05 trilun.
"Ada kenaikan laba bersih, namun pertumbuhannya sangat tipis sekitar 1,79 persen," katanya.
Ia menjelaskan, sampai dengan April 2016 harga pupuk urea di pasar internasional berkisar 220 dolar AS per ton, lebih rendah dari yang diasumsikan sebesar 290 dolar AS per ton, demikian juga dengan harga amoniak diluar perkiraan yang ikut merosot.
"Penurunan harga pupuk jika masih berlanjut, tentu kami akan berpikir untuk mengusulkan revisi laba kepada pemegang saham," katanya.
Meski pertumbuhan laba tergerus, namun pada tahun 2016 perusahaan menargetkan total pendapatan sekitar Rp 77,85 triliun, meningkat 17,95 persen dibandingkan pendapatan tahun 2015 sebesar Rp 66 triliun. Sementara sampai dengan April 2106, pendapatan sudah mencapai Rp 21,74 triliun.