REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Dekan Fakultas Ekonomi Manajemen IPB Prof Yusman Syaukat PhD mengharapkan kehadiran lembaga keuangan mikro syariah dapat membantu petani dalam mengakses modal.
"Situasi saat ini petani masih susah mengakses perbankan, meski bank itu ada di depan mata tetapi dengan regulasi yang ada di perbankan mempersulit petani," kata Yusman di Bogor, Selasa (17/5).
Yusman mengatakan dari hasil kajiannya dan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswanya, salah satunya di wilayah Kabupaten Bogor, masih banyak petani yang sulit mengakses perbankan. Berbeda dengan mereka yang bergerak di sektor perdagangan.
Kondisi ini lanjutnya, membuat petani sulit berkembang, bahkan cenderung terus hidup dalam kesulitan, karena satu-satunya akses permodalan yang mudah didapat adalah bank keliling. "Ada pepatah menyebutkan, bank keliling itu dicintai tetapi juga dibenci," katanya.
Regulasi dan persyaratan yang kaku di lembaga perbankan karena harus menyicil dan menggunakan agunan membuat petani tidak dapat mengakses keuangan. Ia mengatakan harus ada pembelaan terhadap petani, salah satunya keberadaan lembaga keuangan mikro syariah dapat mengambil peran untuk membantu petani dalam mengakses modal.
Ia mencontohkan, apabila petani sudah menggunakan sistem ijon, petani akan dirugikan. Apalagi sampai meminjam modal ke bank keliling. Bank keliling sangat mudah dalam menyalurkan bantuan, tanpa syarat. "Petani mijam lima juga langsung dikasih oleh tengkulaknya. Karena yakin petani bisa bayar. Caranya kalau nanti panen dijual ke mereka tetapi dengan harga yang sangat rendah, dan petani dirugikan," katanya.
Menurut Yusman, kehadiran bank syariah dan lembaga keuangan mikro syariah lebih cocok untuk membantu petani dalam persoalan akses keuangan. "Syariah akan lebih bagus," katanya.