REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak jatuh pada Jumat (13/5) atau Sabtu (14/5) pagi WIB, karena para pedagang mengambil keuntungan setelah kenaikan selama tiga hari sebelumnya, di tengah harapan bahwa kelebihan pasokan akan berkurang.
Harga minyak AS telah mencapai tingkat tertinggi enam bulan pada Kamis (12/5), setelah Badan Energi Internasional (IEA) menyatakan kelebihan pasokan minyak global akan berkurang pada semester kedua tahun ini. Pada Jumat (13/5), OPEC mengatakan kelebihan pasokan yang telah mengirimkan harga jatuh sejak pertengahan 2014 mungkin berkurang sebagai akibat berkurangnya produksi dari negara-negara di luar 13 negara anggota kartel produsen minyak.
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni ditutup 49 sen lebih rendah pada 46,21 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Namun demikian, untuk minggu ini, WTI melonjak lebih dari tiga persen.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juli merosot menjadi 47,83 dolar AS per barel, turun 25 sen dari penutupan Kamis (12/5), tapi masih mencatat kenaikan mingguan lebih dari lima persen.
"Penurunan tipis pada Jumat (13/5) adalah hanya sebuah kemunduran," kata Carl Larry, direktur minyak dan gas untuk perusahaan konsultan Frost & Sullivan.
"Kami mungkin memiliki sedikit sentimen bullish ke depan tetapi orang sedang berusaha mendapatkan datar di sini karena kami memiliki seluruh minggu depan," katanya.
Larry menunjukkan bahwa penggunaan kilang AS dan permintaan produk lebih tinggi. Dia memperkirakan penurunan besar dalam persediaan minyak mentah komersial AS pada pekan ini, karena pasokan minyak Kanada terputus di tengah kebakaran hutan besar-besaran di wilayah pasir minyak Alberta.
Sekitar 900 ribu barel hingga satu juta barel per hari produksi minyak Kanada offline awal pekan ini karena kebakaran hutan berkecamuk di kota minyak Fort McMurray, menyebabkan beberapa jaringan pipa minyak telah ditutup.