REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam 15 tahun terakhir, industri hulu migas Indonesia belum menemukan lagi cadangan yang besar. Agar dapat meningkatkan penemuan cadangan-cadangan besar atau big fish, pemerintah akan melakukan pembukaan data migas yang aturannya diharapkan rampung tahun ini.
Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) IGN Wiratmaja Puja mengungkapkan, Indonesia ingin meniru Norwegia yang membuka data-data migasnya, seperti data seismik. Kebijakan ini dinilai telah memancing para ahli geologi di berbagai penjuru dunia untuk meneliti potensi migasnya dan dalam waktu sekitar lima tahun, Norwegia telah berhasil menemukan cadangan-cadangan besar.
“Sekarang kita sedang menyiapkan Permen Open Data. Nanti orang dari seluruh dunia, silakan melihat data kita. Selanjutnya kalau tertarik, bisa datang bersama perusahaan ke Indonesia untuk melakukan studi lanjutan, lelang ,dan sebagainya,” ujar Wiratmaja, di Jakarta, Senin (9/5).
Pada saat ini, kata dia, untuk melihat data migas perusahaan atau pihak yang berkepentingan harus datang ke Indonesia dan dikenai biaya. Hal ini dinilai membuat iklim investasi menjadi kurang atraktif. Padahal menurut Wiratmaja, berdasarkan kajian para ahli geologi Indonesia masih memiliki banyak cadangan migas yang besar seperti di Sumatra, Jawa, Kalimantan, sekitar Sulawesi, Papua, dan laut dalam Maluku.
Terkait kualitas data migas yang dimiliki Indonesia, menurut Wiratmaja, masih bervariasi. Ia menyebutkan ada data yang berkualitas baik, menengah, atau bahkan belum ada data sama sekali.