Senin 09 May 2016 15:53 WIB

Hotel Penuh Saat Libur Panjang Dinilai Jadi Indikasi Ekonomi Membaik

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nur Aini
Hotel di Bali (Ilustrasi)
Foto: Tripadvisor
Hotel di Bali (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Badan Pimpinan Pusat (BPP) Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Haryadi Sukamdani mengaku belum mengetahui besaran transaksi yang didapat saat libur panjang pekan lalu. Kendati begitu, ia menyebutkan, tingkat hunian kamar atau okupansi hotel untuk daerah tujuan wisata berkisar antara 60 persen sampai 90 persen seperti Bandung, Yogya, Malang, dan Bali.

"Banyak juga yang (okupansinya) 100 persen," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Senin (9/5).

Ia menerangkan, Bali masih menjadi destinasi favorit masyarakat Indonesia. Untuk Lombok, ia katakan, belum terlalu maksimal.

Disinggung antisipasi ke depan melihat tingginya permintaan saat libur panjang, ia menyatakan, hal tersebut bersifat situasional. "Itu kebetulan aja pas libur panjang kalau hari biasa sepi," katanya menambahkan.

Ketua Umum Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) Nita Yudi menilai, melonjaknya okupansi hotel saat libur panjang lalu merupakan indikasi perekonomian Indonesia mulai tumbuh.

"Kebangkitan ekonomi sudah mulai naik, indikator salah satunya itu libur panjang, pesawat, kereta api penuh kendaraan pribadi juga. Artinya ekonomi sudah mulai membaik," ungkap Nita.

Kendati demikian, menurutnya, penambahan jumlah kamar belumlah mendesak. Alih-alih menambah jumlah kamar, ia mengatakan, lebih baik melakukan perbaikan baik dari segi sarana maupun pelayanannya.

"Kalau jumlah kamar mungkin tidak, mungkin perbaikan karena justru sekarang mereka menurunkan harga demi efisiensi dimana-mana," ujarnya.

Penambahan kamar, ia katakan, kemungkinan baru bisa terwujud pada kuartal III. Terkait besaran transaksi yang diperoleh anggota Iwapi yang bergerak di bidang perhotelan dan restoran, ia mengaku belum tahu.

"Tapi yang jelas teman-teman, mereka ada yang full, sekali ada yang over," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement