REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berawal dari keprihatian atas impor buah, konsep Revolusi Oranye diharapkan bisa meningkatkan kapasitas petani agar memiliki orientasi mencukupi kebutuhan dalam negeri dan pasar ekspor.
Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Herry Suhardiyanto menjelaskan, Revolusi Oranye berawal dari keprihatinan IPB atas impor buah. Selama ini petani menanam buah di lahan tersebar dengan asal bibit tidak jelas sehingga produktivitas dan kualitas buah tidak bagus.
Kualitas dan kuantitasnya yang tidak konsisten menyulitkan untuk bisa masuk ke pasar ekspor. Karena itu dikembangkanlah pertanian buah skala perkebunan dengan luas mulai dari sekitar lima hektare. Ada 12 komoditas buah unggulan yang akan dikembangkan dan penanamannya disesuaikan lokasi.
''Revolusi Oranye juga merupakan instrumen diversifikasi pangan agar masyarakat sehat dan upaya meningkatkan kesejahteraan petani,'' kata Herry di Kantor Kementerian Pertanian, Senin (9/5). Apalagi Indonesia ingin jadi produsen buah tropika terkemuka di ASEAN pada 2025 dan eskportir buah tropika terbesar dunia pada 2045 bisa.
Herry menilai kekuatan Indonesia luar biasa, tinggal dibangun kebanggaan atas buah tropika Nusantara. Perlu edukasi kecintaan pangan lokal.
Panen durian bisa bergiliran Aceh hingga Papua. Pepaya california pun sebenarnya pepaya lokal Calina IPB-9. Tapi pasar masih lebih menerima dengan nama asing.