REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Sawit menyatakan dana untuk membiayai program B20 masih cukup hingga awal 2017 mendatang. Direktur Utama BPBD Bayu Khrisnamurthi menjelaskan, kondisi rendahnya harga minyak dunia ditambah dengan merangkaknya harga CPO membuat gap antara harga solar dan CPO semakin melebar. Namun, dia yakin dana sawit masih mencukupi untuk pelaksanaan B20 tahun ini.
"Kalau dilihat kecenderungan dan harga crude sudah mulai naik. Memang tidak secepat sawit tapi sudah cenderung naik. Kita harap itu masih akan berlanjut dan kalau sudah stabil di atas 40 dolar AS maka gap akan kecil," kata Bayu, di Jakarta, Selasa (3/5).
Bahkan dia menegaskan bahwa jumlah dana yang dikumpulkan saat ini bisa digunakan sampai Februari 2017. Awal tahun ini, BPDP telah menghimpun tabungan sawit atau CPO Fund sebesar hampir Rp 1 triliun hanya dalam kurun waktu sebulan, tepatnya di Januari 2016. Sementara target pengumpulan dana ini sebesar Rp 9,5 triliun sepanjang tahun ini.
Sementara itu, Pertamina juga telah menandatangani kontrak untuk 1,5 juta KL bahan bakar nabati yang nantinya akan langsung dicampur dengan solar di pengolahan. Dari jatah 1,5 juta KL tersebut, Bayu menjelaskan, 16 ribu KL di antaranya akan dipasok untuk AKR. Sebanyak 15 perusahaan telah menyatakan kesediaannya untuk memasok kepada Pertamina dan AKR serta PLN untuk pembangkit.
Ia juga mengaku belum tahu secara pasti besaran nilai kontrak yang telah ditandatangi tahun ini. Alasannya, harga yang tertuang dalam kontrak akan bergerak mengikuti MOPS dan harga diesel.
"Yang jelas Mei ini harus bayar Rp 5.000 sampai Rp 5.500 per liter di luar biaya transport karena tergantung jarak ya. Kita lihat sesuai dengan perkembangan harga," ujarnya.