Kamis 28 Apr 2016 07:10 WIB

BCA Prediksi NPL Masih Berpotensi Naik Hingga Kuartal III 2016

Red: Nur Aini
(dari kiri) Wakil Presiden Direktur BCA Eugene Keith Galbraith, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaadmaja, Direktur BCA Suwignyo Budiman berbicara memberikan paparan laporan Hasil kinerja tahun 2015 di Jakarta, Kamis (3/3).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
(dari kiri) Wakil Presiden Direktur BCA Eugene Keith Galbraith, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaadmaja, Direktur BCA Suwignyo Budiman berbicara memberikan paparan laporan Hasil kinerja tahun 2015 di Jakarta, Kamis (3/3).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja memperkirakan rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) masih berpotensi meningkat hingga kuartal III 2016, karena proses pemulihan ekonomi dan sektor riil yang belum bergerak cepat.

Prediksi belum terakselerasinya pemulihan ekonomi itu pula yang membuat BCA mempertahankan target moderat pertumbuhan kredit di 8-10 persen, meskipun otoritas di sektor keuangan dan moneter optimistis saluran kredit tahun ini dapat tumbuh di 12-14 persen.

"Kita lihat rasio kredit bermasalah, peak-nya akan meningkat hingga September 2016," kata Jahja setelah paparan kinerja di Jakarta, Rabu petang (27/4).

Rasio NPL emiten berkode BBCA itu naik menjadi 1,1 persen pada triwulan I 2016 dibanding periode sama tahun lalu dan kuartal IV 2015 yang masing-masing sebesar 0,7 persen. Kenaikan NPL, kata Jahja, disebabkan ekonomi yang belum sepenuhnya kondusif sejak perlambatan ekonomi secara global di 2015. Alhasil, salah satu nasabah korporasi BCA dengan pembiayaan Rp 500 miliar terkendala dalam melunasi kreditnya. Macetnya kredit sebuah korporasi tersebut menyumbang rasio NPL sebesar 0,2 persen dari NPL gross di 1,1 persen.

"Kami lihat setelah September, rasio NPL baru flat (stagnan)," katanya.

Akhirnya, di kuartal I 2016 ini, BCA membentuk tambahan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) aset keuangan sebesar Rp 989 miliar. Dengan begitu, rasio cadangan terhadap total kredit bermasalah mencapai 235,0 persen.

Di sisi saluran kredit, jika dibandingkan capaian Desember 2015, kinerja kredit BCA turun dengan nominal Rp 14 triliun atau 3,4 persen.

Sejak Januari, BCA sudah menurunkan bunga kreditnya di beberapa sektor. Namun menurut Jahja, penurunan bunga kredit itu belum tentu akan menaikkan permintaan kredit pada kuartal II 2016. Pemicunya, kinerja industri belum terlalu pulih. Kredit untuk sektor modal kerja pun diperkirakan tidak akan langsung melesat signifikan.

"Proyeksi kita pertumbuhan kredit masih sejalan di 8-10 persen tahun ini. Baru nanti lihat triwulan II 2016, jika membaik, bisa saja kita revisi target kredit itu," ujarnya.

Meskipun turun jika secara triwulan per triwulan, penyaluran kredit BCA secara tahunan dibandingkan kuartal I 2015, naik 11,4 persen menjadi Rp 373,4 triliiun. Saluran kredit itu berkontribusi ke pendapatan bunga bersih BCA yang tumbuh 14,9 persen menjadi Rp 9,76 triliun. Adapun laba perseroan menjadi Rp 4,5 triliun atau yang diklaim BCA meningkat 11,1 persen dibanding kuartal I 2015.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement