Rabu 27 Apr 2016 16:40 WIB

Kurangi Impor Garam, Menperin Dukung Industri Garam Lokal

Menteri Perindustriam Saleh Husin memperhatikan fasilitas produksi garam industri untuk aneka pangan milik PT UNIChemCandi Indonesia di Gresik, Jawa Timur, Selasa (26/4).
Foto: foto istimewa
Menteri Perindustriam Saleh Husin memperhatikan fasilitas produksi garam industri untuk aneka pangan milik PT UNIChemCandi Indonesia di Gresik, Jawa Timur, Selasa (26/4).

REPUBLIKA.CO.ID, GRESIK -- Kebutuhan garam untuk industri pangan baik makanan dan minuman terus dipenuhi dari produksi dalam negeri. Garam merupakan unsur penting bagi industri olahan pangan yang memberi banyak manfaat bagi penyerapan tenaga kerja, menciptakan nilai tambah dan nilai ekspor tinggi.

Menteri Perindustrian Saleh Husin menegaskan hal itu saat  mengunjungi pabrik garam industri milik PT UNIChemCandi Indonesia di Gresik, Jawa Timur, Selasa (26/4).  Menurutnya, produksi garam ini sejalan dengan program pemenuhan kebutuhan bahan baku industri nasional. 

“Tentu saja, Kemenperin mendukung industri pengolahan garam karena kemampuan produksi sendiri ini juga demi mengamankan salah satu industri pemakai garam yaitu industri makanan minuman. Jika bisa memproduksi garam sendiri, ketergantungan berkurang dan kontinuitas produksi lebih terjamin,” katanya sembari menyebut produksi garam juga berkontribusi pada penyerapan garam lokal.

Saleh menuturkan, industri pengolahan makanan dan minuman merupakan salah satu industri yang membutuhkan garam selain industri kertas, kaca, kimia, farmasi hingga pengeboran minyak. 

Dalam kesempatan sama Presiden Direkur PT UNIChemCandi Indonesia Unn Haris menuturkan, UNIChemCandi Indonesia telah melakukan investasi pengolahan garam dengan proses washing serta proses refinery dan merupakan satu-satunya industri pengolah garam yang menggunakan teknologi Pure Vacum Dry (PVD) dengan kapasitas terpasang 250 ribu ton per tahun. Pabrik ini, ungkap Unn, ditargetkan mulai berproduksi pada Juli 2016.

“Investasi kami lebih dari Rp 600 miliar dan rencana commisioning pada Juli,” kata dia. 

Proses produksi meliputi refinery dan washing dengan teknologi terkini. Produksi Unichem terdiri dari refine salt 70 ribu ton per tahun dan washing salt 180 ribu ton per ton.

Keberadaan pabrik ini, lanjutnya, turut menyerap garam lokal karena bahan baku refine salt merupakan 100 persen garam lokal bahkan berkualitas terendah. Sedangkan washing salt menggunakan campuran garam lokal dan garam impor. 

“Secara bertahap, bahan baku impor akan disubstitusi dengan bahan baku lokal,” ujar Vice President Unichem Ryan Harris menambahkan.

Pihaknya juga menghitung, potensi penyerapan bahan baku garam lokal mencapai 200-250 ribu ton. "Angka itu hanya untuk pabrik kami. Bisa dibayangkan jika industri pengolahan garam di Indonesia berkembang pesat, maka garam produksi para petani lebih optimal terserap. Maka kami mengapresiasi dukungan yang tadi disampaikan Menperin karena hal ini turut memperkuat industri nasional," tutur Ryan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement