Senin 25 Apr 2016 16:59 WIB

BSM Targetkan Imbal Jasa Wholesale Banking Capai Rp 106 Miliar

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Dwi Murdaningsih
 Petugas sedang melayani nasabah di kantor Bank Syariah Mandiri (BSM), Jakarta, Selasa (22/12).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Petugas sedang melayani nasabah di kantor Bank Syariah Mandiri (BSM), Jakarta, Selasa (22/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Bank Syariah Mandiri (BSM) menargetkan perolehan pendapatan berbasis imbal jasa (fee-based income) dari bisnis wholesale banking pada 2016 ini bisa mencapai Rp 106 miliar. Nilai ini ditopang tiga bisnis utama wholesale yakni pembiayaan perdagangan (trade finance), imbal jasa pembiayaan, dan transaksi valuta asing (valas).

Direktur Wholesale Banking BSM Kusman Yandi menjelaskan, dari target fee-based income Rp 106 miliar pada 2016, porsi kontribusi dari trade finance sebesar Rp 45 miliar. Imbal jasa pembiayaan porsinya terbesar sekitar Rp 32 miliar disusul penjualan bank notes valas Rp 29 miliar. Diakui Yandi, BSM ingin fee-based income dari trade finance kembali seperti pada 2014 yang mencapai Rp 45 miliar meski sempat turun ke kisaran Rp 40 miliar tahun lalu.

''Ke depan kami ingin trade finance bisa agresif. Tahun ini siapkan dulu infrastrukturnya dan tahun depan mulai agresif,'' ungkap Yandi dalam silaturahim dengan media di Kompleks Wisma Mandiri I, Senin (25/4).

Intensifikasi transaksi valas merupakan bagian peningkatan bisnis treasury sehingga bisa mendongkrak fee-based income. Peningkatan target penjualan bank notes valas terutama rial juga dilakukan untuk menutup tren penurunan fee-based income, transaksi jual beli bank notes dan devisa dalam dolar AS.

Fee-based income dari penjualan bank notes valas pada 2015 mencapai Rp 20,5 miliar dari Rp 19,5 miliar pada 2014. Pada 2016 ini, target fee-based income penjualan bank notes valas diharapkan bisa naik 43 persen menjadi Rp 29,7 miliar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement