Sabtu 16 Apr 2016 17:49 WIB

Merck Kembangkan Teknologi Dukung Riset Energi Terbarukan

Petugas mengecek produksi energi panas bumi yang dioperasikan oleh PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu, Lampung, Senin, (14/12).Republika/Edwin Dwi Putranto
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Petugas mengecek produksi energi panas bumi yang dioperasikan oleh PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu, Lampung, Senin, (14/12).Republika/Edwin Dwi Putranto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Merck, perusahaan sains dan teknologi global memperkenalkan inovasi bioteknologi untuk mendukung para peneliti dalam melakukan riset. Alat-alat yang ditampilkan oleh Merck dalam pameran Lab Indonesia berfokus pada tiga segmen konsumen, solusi riset yang berfokus untuk akademisi, solusi proses untuk mendukung produksi biofarmasi, serta solusi terapan untuk laboratorium uji klinis dan diagnosis.

“Merck telah membuktikan jejak rekam yang kuat dalam bisnis life science dan telah menjadi mitra kepercayaan pelanggan di Indonesia dengan selalu memberikan jaminan akan produk dan jasa berkualitas tinggi,” ungkap Presiden Direktur PT Merck Chemicals and Life Sciences (MCLS) Martin Feulner.

Diantara alat yang ditampilkan misalnya flowcytometry. Alat ini memungkinkan para peneliti memilih jenis mikroalga dengan kandungan lemak tinggi yang dapat digunakan untuk memproduksi bahan bakar nabati. Alga dapat memproduksi lebih banyak lemak per hektar dibandingkan jenis tanaman lain.

Alga juga dapat hidup di lahan kecil, tanah tidak subur, air asin ataupun air payau. Kilang bio alga juga dapat memproduksi minyak, protein, karbohidrat dan berbagai jenis produk lainnya.

"Tantangannya adalah bagaimana mengidentifikasi jenis mikroalga dengan kandungan minyak tinggi dan Merck memiliki teknologi yang memungkinkan para peneliti untuk melihat serta menguantifikasi lemak yang diproduksi oleh alga dan memilih kandungan minyak yang paling banyak untuk dijadikan bahan bakar nabati," ujar Regional Application Scientist - Life Science, Chong Mun Keat.

Indonesia memiliki potensi energi terbarukan dari panas bumi (geotermal) yang lebih besar dari negara lainnya. Saat ini, produksi energi terbarukan (hydropower, geotermal, dan biomasa) hanya menggunakan 3,4 persen dari total energi cadangan potensial. Hal ini disebabkan karena pergeseran dari penggunaan energi mineral menjadi energi terbarukan membutuhkan jumlah investasi yang besar.

Di masa yang akan datang, riset dan pengembangan bahan bakar nabati akan membantu menarik lebih banyak investasi, pemasukan dari ilmu pengetahuan, manufaktur serta ekspor yang berasal dari penemuan milik Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement