Kamis 14 Apr 2016 08:27 WIB

PLN Belum Pikirkan Langkah Hukum soal 'Gelapnya' Nias

Rep: Muhammad Nursyamsyi / Red: Andi Nur Aminah
Transmisi PLN (ilustrasi)
Foto: Antara/Jojon
Transmisi PLN (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG SITOLI -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) belum memikirkan langkah hukum apa yang akan diambil kepada perusahaan penyedia jasa sewa PLTD asal Amerika Serikat (AS), American Power Rental (APR). Perusahaan asing itu menghentikan operasi dua PLTD sewa 2 X 10 MW miliknya hingga mengakibatkan Pulau Nias gelap gulita.

Direktur Bisnis Regional Sumatra PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN, Amir Rosidin mengatakan, saat ini yang terpenting ialah untuk berpikir tenang terlebih dahulu. "Sementara tidak, kita coba cooling down dan recovery dulu," katanya di Gunung Sitoli, Pulau Nias, Sumatra Utara, Kamis (14/4).

Setelah kembali sepakat menghidupkan dua PLTD sewa yang sempat dimatikan, dia mengatakan, APR menawarkan agar mesin miliknya digunakan dulu hingga pembangkit milik PLN beroperasi. "APR juga menawarkan mesin mereka dipakai dulu sampai pembangkit PLN beroperasi. Mereka sudah betul-betul kooperatif," ungkapnya.

Selain itu, APR juga mengizinkan apabila PLN berminat untuk membeli PLTD milik perusahaan asal AS tersebut. Namun Amir mengatakan menanggapi tawaran itu, pihak PLN akan melihat dulu cost structure.

(Baca Juga: PLN Minta Bantuan Kedubes AS Demi Nias tak Gelap Gulita)

Mengenai genset yang sudah terlanjur dipasang, ia menyebut genset milik PLN tidak tersambung langsung ke jaringan, namun langsung ke pelanggan-pelanggan. Menurut dia, ada beberapa juga yang tersambung tapi tidak banyak. Ketika PLTD nanti sudah beroperasi, makan genset akan dimatikan. 

Disinggung mengenai melunaknya sikap APR, ia menilai hal itu tidak lepas dari komunikasi antara Kedubes AS dengan APR. "Itu karena komunikasi antara APR dengan Kedubes AS. Saya tidak tahu komunikasinya bagaimana sehingga akhirnya mereka mau. Kedubes AS menyatakan bahwa masalah sudah selesai. APR mau memanggil lagi teknisi-teknisi mereka," dia menambahkan.

Menurut Amir, PLN menceritakan kondisi yang terjadi di Nias ke Kedubes AS. "Yang saya tangkap, Kedubes AS itu kan tahu culture kita, bagaimana relationship antara pemilik barang dengan pengguna barang di sini. Orang di sana kan nggak tahu. Tiap negara punya culture sendiri. Mungkin itu yang disampaikan Kedubes AS kepada pemilik PLTD," katanya menegaskan.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement